Pemerintah dikabarkan berencana merombak jajaran direksi Garuda Indonesia pada pekan depan. Pelaksana Tugas atau Plt Direktur Utama Lion Air Wamildan Tsani Panjaitan digadang-gadang akan menggantikan posisi Irfan Setiaputra. 

Mengutip Bloomberg, sumber yang mengetahui persoalan ini menyebut, ada kandidat lain yang juga dipertimbangkan untuk menggantikan Irfan yakni Direktur Keuangan Garuda Indonesia, Prastio.

Garuda Indonesia dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS pada 15 November 2024. Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perseroan, RUPS akan digelar atas  usulan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku Pemegang Saham Seri A Dwiwarna. Namun, belum ada informasi terkait agenda yang akan dibahas.

"Sesuai ketentuan Pasal 11 ayat 10 dan Pasal 14 ayat 12 Anggaran Dasar Perseroan serta Pasal 94 dan Pasal 111 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mata acara ini diwajibkan untuk diputuskan dalam RUPS," demikian penjelasan perusahaan. 

Irfan saat dikonfirmasi Katadata.co.id membenarkan rencana perubahan pengurus dalam RUPS yang akan digelar pada pekan depan. Namun, ia belum mengetahui perubahan yang akan dilakukan oleh pemegang saham.

Sedangkan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo yang dimintai konfirmasi melalui pesan singkat belum memberikan tanggapan. 

PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan kerugian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$ 131,222 juta atau setara Rp 2,06 triliun hingga September 2024 dengan asumsi kurs Rp 15.728 per dolar AS. Kerugian GIAA membengkak 81,29% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 72,38 juta.

Rugi perusahaan meningkat meski pendapatan perusahaan naik dari US$ 2,23 miliar pada periode yang sama sebelumnya menjadi  US$ 2,56 miliar. Ini karena ada sejumlah beban yang meningkat sehingga membuat kinerja keuangan Garuda tertekan.

Beban operasional penerbangan naik 14% secara tahunan mencapai US$ 1,29 miliar atau Rp 20,34 triliun hingga periode kuartal III 2024. Kenaikan juga terjadi pada beban keuangan dari US$ 337,89 menjadi  US$ 374,33 juta atau Rp 5,88 triliun.