Bangkok-Roundtable on Sustainable Palm Oil atau RSPO akan memberlakukan standar baru yang bakal disepakati para anggotanya dalam konferensi Roundtable Tahunan RSPO, RT2024 di Bangkok pada 11 hingga 13 November 2024. Standar yang direvisi ini bertujuan memperjelas, mempermudah audit, meningkatkan penerapan, serta relevansi pasar tanpa mengurangi standar sebelumnya.
CEO RSPO Joseph D’Cruz menegaskan bahwa RSPO berada pada posisi yang baik untuk memenuhi tuntutan industri yang lebih berkelanjutan di masa depan. "RSPO siap menghadapi 20 tahun ke depan dengan standar yang diperkuat, sistem verifikasi yang disempurnakan, dan arsitektur sertifikasi, perdagangan, dan keterlacakan digital menyeluruh yang didukung oleh data," ujar D'Cruz saat pembukaan RT2024.
Ia menjelaskan, revisi standar memperkuat integrasi sistem sertifikasi melalui platform sertifikasi, perdagangan, dan keterlacakan RSPO, Palm Resource Information and Sustainability Management atau Prisma. Pada konferensi RT2024, para delegasi meninjau bagaimana prisma dibangun untuk menyediakan data digital dan keterlacakan rantai pasokan serta dapat bertindak sebagai alat pendukung bagi para anggota untuk memperkuat penilaian risiko dan uji tuntas untuk kepatuhan regulasi yang muncul.
Revisi mencakup empat topik utama, yakni mengatasi deforestasi, uji tuntas hak asasi manusia, inklusi petani kecil independen, serta peningkatan auditabilitas dan implementabilitas.
Secara global, sertifikasi petani swadaya RSPO telah tumbuh secara signifikan. Hingga tahun 2023, lebih dari 40.000 petani swadaya perorangan telah disertifikasi secara global, bertambah 11.268 dibandingkan 2022. Sertifikasi RSPO kini juga mencakup pelaku sawitdi Kolombia, Ekuador, dan Honduras.
Pada tahun 2023, area kelapa sawit Bersertifikat RSPO mencakup 5,2 juta ha di 23 negara. Fasilitas midstream dan hilir yang disertifikasi berdasarkan Standar Sertifikasi Rantai Pasokan (SCC) RSPO berada di 6.907 lokasi di seluruh dunia. Pasokan minyak sawit yang memiliki sertifikasi atau CSPPO mencapai tonggak sejarah baru di angka 16,1 juta MT, yang mewakili pertumbuhan produksi sebesar 4,3% dari tahun ke tahun, sedangkan konsumsi CSPO tumbuh menjadi 9,8 juta MT atau 8,2% secara tahunan.
Pertumbuhan konsumsi didukung oleh Kerangka Kerja Tanggung Jawab Bersama (SR) RSPO, yang dirancang untuk mendukung anggota dalam pelaporan kepatuhan karena hal itu memerlukan adanya kebijakan dan rencana yang relevan, dan komitmen untuk memenuhi target penyerapan tahunan. Lebih dari separuh prosesor dan pedagang yang berlaku, produsen barang konsumen, dan anggota pengecer memenuhi target penyerapan SR CSPO 2023.
RSPO menekankan peran petani kecil dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berasal dari produksi minyak kelapa sawit. Karena itu, RSPO dalam RT2024 juga menandatangani Nota Kesepahaman dengan Global Green Chemicals Public Company Limited (GGC) dan entitas pembangunan berkelanjutan Jerman, GIZ.
Nota Kesepahaman tersebut akan mengintegrasikan pengurangan dampak iklim dalam Sertifikasi RSPO melalui Proyek Produksi dan Pengadaan Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan tentang Mitigasi dan Adaptasi Iklim (SPOPP CLIMA), yang didanai oleh GGC, perusahaan terkemuka di Thailand yang berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon.
Kemitraan ini bertujuan untuk mempromosikan praktik pertanian rendah karbon dan mencakup pengembangan alat kalkulasi jejak karbon untuk tandan buah segar guna mengukur emisi dan akhirnya mengembangkan strategi pengurangan, sejalan dengan pedoman dari Organisasi Pengelolaan Gas Rumah Kaca (TGO) Thailand.