Menteri KKP Ajukan Proposal Impor Garam Industri, Kualitas Lokal Masih Rendah
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengajukan proposal impor garam industri untuk periode 2025. Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono mengatakan kebutuhan impor garam non konsumsi dipicu oleh kualitas garam dalam negeri yang belum memenuhi standar industri tertentu.
"Kualitas yang dibutuhkan oleh industrinya yang belum cukup. Kalau garam konsumsi sudah mencukupi," kata Trenggono di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (3/3), malam.
Adapun garam industri dipergunakan untuk industri klor-alkali atau chlor alkali plant (CAP). Impor garam hanya untuk memenuhi kebutuhan industri petrokimia, kertas, oleokimia, tekstil, dan pemurnian logam.
Trenggono menyampaikan pemerintah belum menetapkan angka pasti untuk impor garam tahun ini 2025 karena masih dalam proses penghitungan. Dia juga belum memberikan keterangan rinci soal sumber impor garam.
"Impor garam sedang dihitung, mudah-mudahan bisa segera, karena memang harus cepat," ujarnya.
KKP menghitung kebutuhan bahan baku garam nasional tahun 2024 dan 2025 sejumlah 4,9 juta ton. Besaran itu diasumsikan meningkat 2,5% per tahun karena adanya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan sektor industri.
Adapun rencana produksi dalam negeri pada 2025 adalah 2,25 juta ton. Jika ditambah sisa stok 836 ribu ton, maka pasokan garam lokal sudah memenuhi 63% dari total kebutuhan domestik.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) pada Desember tahun lalu mengatakan bakal memangkas volume impor garam 2025 menjadi hanya 1,7 juta ton. Angka tersebut akan menjadi target impor garam terendah selama 10 tahun terakhir.
Selain mengurangi impor garam industri, Zulhas berkomitmen untuk menghentikan impor garam kebutuhan rumah tangga. Stok garam di dalam negeri akhir 2024 mencapai 800.000 ton, sedangkan kebutuhan garam rumah tangga tahun ini maksimal 600.000 ton
Sementara itu, KKP tengah menyiapkan langkah strategis menuju pencapaian swasembada garam nasional pada 2027 melalui dukungan teknologi, peningkatan kapasitas produksi, dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan. KKP juga telah mengidentifikasi wilayah potensial pengembangan tambak garam, salah satunya di Indramayu, Jawa Barat.
Indramayu akan menjadi fokus utama pembangunan infrastruktur, pelatihan petambak, dan akses pembiayaan. Luas lahan produktif di Indramayu sendiri pada tahun 2024 sebesar 1.445,65 hektar dengan total produksi sebesar 135.891,10 ton atau produktivitas 94 ton per hektar. Sementara stok saat ini ada 25.000 ton yang tersebar di empat kecamatan, yakni Krangkeng, Losarang, Kandanghaur, dan Patrol.