Virus corona membunuh 2.005 orang di Tiongkok, dengan total kasus 75.121 hingga pagi hari ini (19/2). Ekonom memperkirakan ada Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK massal di Negeri Tirai Bambu.
Kepala Ekonom Zhongyuan Bank yang berbasis di Beijing, Wang Jun mengatakan bahwa kondisi saat ini mirip dengan krisis keuangan global pada 2008-2009. Saat itu, sekitar 20 juta pekerja migran Tiongkok di-PHK karena ekspor anjlok.
Pandemi tersebut berdampak terhadap perdagangan Tiongkok. “Mungkin ada PHK massal,” kata Wang Jun dikutip dari Reuters, kemarin (18/2) sore. Kondisi ini berbeda dengan perekonomian Tiongkok ketika SARS mewabah pada 2002-2003 yang tetap kokoh.
Para ekonom menilai, perusahaan-perusahaan di sektor jasa seperti restoran dan hotel, toko, bioskop dan agen perjalanan paling terdampak virus corona. Analis Economist Intelligence Unit (EIU) Dan Wang memperkirakan, 4,5 juta orang bisa kehilangan pekerjaan akibat pandemi itu.
"Situasi ketenagakerjaan baik pada kuartal pertama. Tetapi jika virus tidak tertahan hingga akhir Maret, maka pada kuartal kedua, kita akan melihat PHK massal," kata Dan Wang.
(Baca: Dampak Virus Corona, Korea Selatan Umumkan Darurat Ekonomi)
Padahal, pengangguran sudah meningkat dari 4,9% pada April 2018 menjadi 5,2% pada akhir tahun lalu atau sebelum virus corona mewabah. Di satu sisi, perusahaan swasta berkontribusi 80% dari penyerapan tenaga kerja di perkotaan Tiongkok.
Benar saja. Kamerawan di Tiongkok, Mark Xia (25 tahun) seharusnya kembali bulan ini setelah libur imlek. Namun, rumah produksi video Shanghai tempat dia bekerja memintanya mengambil cuti tiga bulan tanpa bayaran. Hal ini karena wabah virus corona.
Sekarang Xia sedang mencari pekerjaan paruh waktu. "Saya mengerti arus kas perusahaan itu ketat," kata Xia. Perusahaannya menunda beberapa proyek karena virus corona, sehingga berdampak besar ke pendapatan.
Sekitar 34% dari hampir 1.000 perusahaan kecil dan menengah yang mengaku dapat bertahan selama sebulan dengan arus kas ketat akibat virus corona. Data itu mengacu pada hasil survei Universitas Tsinghua dan Universitas Peking.
(Baca: Corona Gerus Impor dari Tiongkok 90%, Shopee & Blibli Lihat Peluang)
Sepertiga responden mengatakan bisa bertahan selama dua bulan. Sedangkan 18% lainnya mengaku sanggup bertahan selama tiga bulan.
Pekan lalu, pemerintah Tiongkok berjanji untuk mencegah PHK massal akibat virus corona. Mereka meminta pemerintah daerah menstabilkan kondisi ketenagakerjaan dengan menarik asuransi pengangguran dan dana serupa lainnya.
Dikutip dari The Wall Street Journal, dampak virus corona terhadap rantai pasokan tidak dapat disandingkan dengan wabah SARS, bencana nuklir Fukushima ataupun banjir Thailand pada 2011. Sebab, covid-19 menyebar secara singkat dan dampaknya luas.
Tidak hanya pabrik-pabrik di Tiongkok yang terpengaruh, lokasi produksi di negara-negara lain juga kehabisan komponen dari Negeri Panda. Misalnya, Apple Inc yang bekerja dengan pemasok di 43 negara, yang semuanya menerima komponen dari produsen kontrak Apple di Negeri Tirai Bambu.
(Baca: Wabah Corona Buat Manufaktur Tiongkok Kekurangan Pekerja & Lesu)