Korban meninggal dunia akibat virus corona bertambah 108 menjadi 1.016 orang di Tiongkok per pagi hari ini (11/2). Yang terinfeksi pun mencapai 42.638 orang.
Dikutip dari Reuters, jumlah yang terinfeksi bertambah 2.478 orang. Korban meninggal dunia dan yang terinfeksi paling banyak berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.
Wuhan merupakan kota pertama ditemukannya kasus virus corona. (Baca: Korban Tewas akibat Virus Corona Capai 908 Orang, Ahli WHO ke Tiongkok)
Jumlah korban meninggal dunia dan yang terinfeksi itu melebihi SARS. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2002-2003 lalu, SARS membunuh 774 orang dan 8.100 orang lainnya menderita sakit di 26 negara. Virus itu mewabah delapan bulan. Sebanyak 45% kasus kematian terjadi di dataran Tiongkok.
“Apa yang kami ketahui sekarang adalah virus itu menyebabkan pneumonia dan tidak merespon pengobatan antibiotik,” kata Poon, seorang ahli virus dari Universitas Hong Kong, dikutip dari CNN Internasional, beberapa waktu lalu (22/1).
Gejala awalnya yakni pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam selama beberapa hari. Bagi pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, ada kemungkinan virus ini menyebabkan pneumonia dan bronkitis.
Gejala tersebut bergerak lamban jika dibandingkan SARS dan MERS. Pasien biasanya mengalami batuk ringan selama seminggu kemudian sesak napas. Sekitar 15% hingga 20% kasus menjadi parah hingga pasien membutuhkan alat bantu pernapasan di rumah sakit.
(Baca: Teknologi Ini Pangkas Invensi Vaksin Corona dari 10 Tahun jadi 6 Bulan)
Para ahli di Tiongkok mencari tahu asal mula virus tersebut. Mereka menemukan virus serupa pada tubuh ular jenis trait yang banyak ditemukan di Tiongkok bagian selatan dan Asia Tenggara.
Ular yang bernama latin Bungarus multicinctus itu sangat berbisa. Para ilmuwan telah menemukan kode genetic virusnya dan patogen yang bertanggung jawab atas wabah ini adalah jenis virus corona baru. WHO memberi nama virus ini 2019-nCoV.
Saat ini, beberapa peneliti di berbagai negara mengembangkan vaksin dan obat untuk mengatasi virus corona. Dikutip dari Reuters, Ilmuwan Asal Inggris Robin Shattock mengklaim telah menemukan vaksin untuk virus corona. Vaksin tersebut bisa mempersingkat perkembangan virus dari dua hingga tiga tahun menjadi 14 hari.
Berdasarkan laporan Sky News, Shattock akan mulai menguji coba vaksin virus corona ke binatang pada pekan ini. Jika berhasil, vaksin itu akan diuji coba terhadap manusia pada pertengahan tahun ini.
Di Negeri Tirai Bambu, salah satu stasiun televisi lokal menyebutkan bahwa tim peneliti di Universitas Zhejiang telah menemukan obat untuk menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus corona.
Namun, Juru Bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan, tidak ada yang mengetahui efektivitas vaksin maupun obat tersebut dalam menangani virus corona. Meski begitu, departemen kesehatan Amerika Serikat dan Tiongkok berkomitmen menemukan vaksin untuk virus corona dalam beberapa bulan ke depan.
(Baca: Tiongkok Ajukan Hak Paten untuk Obat Antivirus Corona)