Keberhasilan Manchester City mempertahankan juara Liga Primer Inggris 2018-2019 cukup fenomenal. The Citizens memenangkan liga dengan 98 poin atau total 198 poin apabila digabungkan dengan ketika mereka menjuarai Liga Inggris pada 2017-2018. Masuknya investor Uni Emirat Arab membawa Manchester City menjadi klub pertama yang berhasil mempertahankan gelarnya dalam satu dekade di Liga Inggris.
City mendominasi liga dengan empat gelar juara Liga Inggris selama dekade terakhir. Tercatat tim sepak bola dari kota Manchester ini menjuarai Liga Inggris musim 2011-2012, 2013-214, 2017-2018 dan musim ini. Sedangkan lawan terdekatnya, Chelsea, hanya mampu memenagi tiga edisi liga dalam sepuluh tahun belakangan.
Sang pelatih, Pep Guardiola, sebenarnya mengaku sulit mempertahankan gelar, mengingat lawan sengit musim ini yakni Liverpool menempel ketat City. Padahal, Guardiola merupakan pelatih legendaris yang mengawali hegemoni Barcelona dengan Lionel Messi-nya di dunia sepakbola. "Ini adalah gelar tersulit sepanjang karir saya," kata Guardiola seperti dikutip dari BBC, Senin (13/5).
Sebelum satu dekade bergelimang gelar, Manchester City bukanlah klub dengan reputasi mentereng laiknya tetangga satu kotanya, Manchester United. City hanya dapat mencicipi gelar juara liga Inggris pada 1936-1937 dan 1967-1968. Gelar juara City bahkan hanya mampu berada di divisi II Liga Inggris. Mereka mendapat tujuh gelar hingga 2001-2002 yang mengantarkan klub ini promosi ke Liga Primer.
Peruntungan City berubah setelah masuknya pengusaha asal Uni Emirat Arab, Mansour bin Zayed Al Nahyan. Syekh Mansyur membeli klub ini dari pengusaha yang juga mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra dengan nilai £ 210 juta. Adik Emir Abu Dhabi Khalifa bin Zayed bin Sultan Al Nahyan tersebut menguasai City lewat perusahaan investasinya, Abu Dhabi United Group for Development and Investment (ADUG).
Langkah pertama Syekh Mansour usai mengambil alih klub ini adalah menarik pemain tenar agar mau bergabung di Manchester City. Robinho menjadi pemain pertama yang "dibajak" City dari Real Madrid di era Abu Dhabi dengan £ 32,5 juta. Ini menjadi rekor nilai tertinggi pemain Liga Inggris saat itu. Padahal, Real Madrid sudah mencapai kata sepakat dengan Chelsea untuk transfer pemain Brazil tersebut saat itu.
(Baca: Mourinho dan Ronaldo Terjerat Dugaan Skandal Pajak)
Usai Robinho hingga hari ini, City telah menghabiskan sekitar £ 1,29 milyar alias Rp 24,3 triliun untuk belanja pemain. Termahal, City merogoh £ 57 juta untuk mendatangkan bek Perancis Aymeric Laporte dari klub Spanyol yaitu Athletic Bilbao. Adapun beberapa bintang lainnya adalah Sergio 'Kun' Aguero yang datang dari Atletico Madrid dengan banderol £ 40 juta, Kevin de Bruyne dari Wolfsburg senilai £ 55 juta, hingga Raheem Sterling dari Liverpool £ 49 juta.
“Ambisi memenangkan Liga Champion membuat saya bersemangat setiap hari,” kata Chairman City Khaldoon al Mubarak pada 2017 lalu.
Dengan nama-nama tersebut, City berubah menjadi mesin pemburu trofi. Sejak investasi Abu Dhabi September 2008, klub berwarna seragam biru langit ini telah mengoleksi 11 piala di level tertinggi Liga Inggris. Padahal, selama 128 tahun sejak berdiri hingga 2008, lemari klub ini hanya memuat 12 piala.
Geliat Mesin Bisnis City
Manchester City juga mengukuhkan dirinya sebagai mesin bisnis yang mumpuni. Mengutip data Deloitte Football Money League 2018, klub ini berhasil mencatat pertumbuhan signifikan pendapatan dari € 416 juta pada 2014 menjadi € 568,4 juta tahun lalu. Angka ini hanya kalah dari Real Madrid, Barcelona, Bayern Munich, dan rival sekotanya Manchester United.
Untuk pertama kalinya City berhasil menjadikan sisi komersial sebagai pemasukan utama pada tahun lalu. Total pendapatan dari sisi komersial City pada 2018 mencapai € 265,7 juta, naik dari € 231 juta tahun sebelumnya. Kesepakatan baru dengan produsen ban yakni Nexen Tire hingga sponsor baru semodel Amazon dan Gatorade menjadi penanda The Citizens berjaya di sisi komersial.
Angka ini melampaui pemasukan andalan banyak klub sepakbola yakni dari hak siar yang hanya mencapai € 238,8 juta tahun lalu. Padahal tahun lalu, hak siar masih menjadi pemasukan utama City dengan nilai € 237 juta. Adapun pemasukan dari tiket pertandingan jadi yang terkecil yakni € 63,9 juta alias hanya 11% dari keseluruhan porsi pemasukan City.
"Mereka berhasil menunjukkan kemampuan tingkat tinggi dengan kesepakatan beberapa sponsor," demikian keterangan Deloitte yang dikutip Senin (13/5).
Tak hanya dipegang Abu Dhabi, kini City juga dimiliki investor Tiongkok lewat China International Trust Investment Corporation (CITIC) dan China Media Capital yang menguasai 13,79 persen saham City Football Group. Penguasaan saham tersebut mengantar Chairman China Media Capital, Li Ruigang, sebagai Direktur di City.
Selain Manchester City, City Football Group juga melebarkan sayap ke sejumlah klub sepakbola di dunia. Beberapa adalah Melbourne City FC dengan kepemilikan saham 100 persen, New York City FC dengan kepemilikan 80 persen saham, Yokohama Marinos di Jepang dengan 20 persen saham, hingga Girona FC 44,3 persen.
Meski begitu, kesuksesan tak lantas menaungi City dalam kompetisi Eropa. Di Liga Champions, klub ini hanya mampu menginjak babak semifinal. Namun, Guardiola mengaku tidak risau dengan kondisi ini. Bahkan rivalnya yakni Jose Mourinho, mengatakan hanya soal waktu sebelum City memenangkan piala terbesar seantero Eropa. “Saya pikir ini hanya soal waktu,” kata Mourinho.