Kemlu RI: WNI Korban Jatuhnya Ethiopian Airlines Bekerja untuk PBB

ANTARA FOTO/REUTERS/BAZ RATNER
Warga Tiongkok dan petugas militer Kenya menggunakan telepon seluler mereka di dekat papan informasi penerbangan yang memperlihatkan detail penerbangan Ethiopian Airlines ET 302, di Bandara Internasional Jomo Kenyatta (JKIA) di Nairobi, Kenya, Minggu (10/3/2019). Sebanyak 159 penumpang dan 8 kru tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut.
Penulis: Hari Widowati
11/3/2019, 10.39 WIB

Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) menyatakan warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines adalah seorang perempuan yang tinggal di Roma, Italia. WNI tersebut bekerja untuk World Food Programme (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir dalam pesan singkatnya kepada Antara membenarkan pihaknya menerima konfirmasi mengenai status WNI yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Pemerintah Indonesia melalui Kemlu menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban atas kecelakaan pesawat Boeing 737-800 MAX dengan nomor penerbangan ET 302 yang jatuh Minggu (10/3) pagi.

Duta Besar RI di Roma, Esti Andayani, menyatakan pihaknya telah bertemu dengan keluarga WNI yang menjadi korban kecelakaan pesawat tersebut dan menyampaikan duka cita kepada keluarga korban. "Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Roma akan terus berkoordinasi dengan keluarga korban, serta KBRI Addis Ababa dan Kantor WFP di Roma untuk pengurusan jenazah dan dukungan bagi keluarga," kata Esti seperti dikutip Antara.

Selain satu WNI, daftar kewarganegaraan penumpang yang menjadi korban adalah warga negara Kenya 32 orang, Kanada 18 orang, Ethiopia 9 orang, Tiongkok 8 orang, Italia 8 orang, Amerika Serikat (AS) 8 orang, Prancis 7 orang, dan Inggris 7 orang. Korban warga negara Mesir 6 orang, Jerman 5 orang, India 4 orang, Slovakia 4 orang, Austria, Rusia, Swedia masing-masing 3 orang, serta warga Spanyol, Israel, Maroko, dan Polandia masing-masing 2 orang. Selanjutnya, Belgia, Djibouti, Irlandia, Mozambik, Norwegia, Arab Saudi, Rwanda, Sudan, Somalia, Serbia, Togo, Uganda, Yemeni, Nepal, Nigeria, dan satu orang paspor PBB; masing-masing 1 orang.

(Baca: Satu WNI Jadi Korban Kecelakaan Pesawat Ethiopian Airlines)

Kecepatan Pesawat Tidak Stabil 

Pesawat Ethiopian Airlines ET 302 dengan rute Bandara Bole, Addis Ababa menuju Bandara Nairobi, Kenya lepas landas pada pukul 08.38 waktu setempat. Pada pukul 08.44, pesawat kehilangan kontak dengan menara pengawas. Pesawat jatuh di Kota Bishoftu, sekitar 62 kilometer dari Addis Ababa, Ethiopia. Menurut Flightradar24, pesawat memiliki kecepatan vertikal yang tidak stabil sesaat setelah lepas landas.

Maskapai Ethiopian Airlines dalam pernyataan resmi menyebutkan, pihaknya bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan investigasi forensik dan mengidentifikasi identitas para korban. Satu komite yang terdiri atas perwakilan Ethiopian Airlines, Otoritas Penerbangan Sipil Ethiopia, dan Otoritas Transportasi Ethiopia telah dibentuk untuk melakukan investigasi tersebut. "Ketika identitas dari para korban sudah terverifikasi, jasad mereka akan dikirimkan kepada pihak keluarga," kata manajemen Ethiopian Airlines.

Boeing Co juga menyatakan duka cita yang mendalam atas kecelakaan pesawat jenis Boeing 737-800 MAX yang merenggut nyawa 149 penumpang dan 8 kru pesawat Ethiopian. "Kami menyampaikan simpati terdalam kepada keluarga dan orang-orang terdekat dari para penumpang dan kru pesawat. Kami juga akan bekerja sama dengan pihak Ethiopian Airlines," demikian pernyataan resmi di situs Boeing, Minggu (10/3). Tim teknis dari Boeing akan meninjau lokasi kecelakaan untuk memberikan bantuan teknis di bawah koordinasi Biro Investigasi Kecelakaan Ethiopia dan Badan Keamanan Transportasi Nasional AS.

(Baca: Laporan Awal KNKT, Hidung Pesawat PK-LQP Naik Turun Sebelum Jatuh)

Reporter: Antara