Uber Technologies Inc, perusahaan pemesanan transportasi daring, telah menyerahkan dokumen untuk penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa New York, Amerika Serikat (AS). Valuasi Uber diestimasi mencapai US$ 120 miliar atau sekitar Rp 1.740 triliun dan akan menjadi IPO terbesar bagi perusahaan teknologi di 2019.
Sumber Reuters menyebutkan, IPO Uber ini merupakan salah satu IPO yang paling ditunggu-tunggu dan kontroversial di Silicon Valley. Aksi Uber ini seolah ingin menyaingi kompetitornya, Lyft Inc, yang juga mengumumkan rencana IPO pada Kamis (6/12) lalu.
Menurut Bloomberg, valuasi IPO Lyft sekitar US$ 18 miliar-US$ 30 miliar atau sekitar Rp 261 triliun-Rp 435 triliun. Uber ingin mengalahkan Lyft di Wallstreet dan hal ini menandakan semakin panasnya persaingan di antara kedua perusahaan tersebut.
Valuasi Uber dalam putaran pendanaan privat terakhir adalah US$ 76 miliar atau sekitar Rp 1.102 triliun. Selain Uber, tahun depan juga ada beberapa perusahaan teknologi yang akan mencatatkan saham perdananya, seperti perusahaan penyewaan apartemen Airbnb Inc dan perusahaan pembuat aplikasi perpesanan untuk perusahaan, yakni Slack.
Kondisi pasar modal yang tengah bergejolak akan menjadi tantangan bagi Uber. IPO ini juga akan menguji toleransi investor terhadap kontroversi masalah hukum dan dunia kerja yang dihadapi Uber dalam beberapa tahun terakhir. IPO ini juga akan menjadi pembuktian bagi Chief Executive Officer Uber, Dara Khosrowshahi, untuk menunjukkan kinerja Uber lebih baik.
(Baca: Otoritas Singapura Denda Grab dan Uber Rp 142 Miliar)
Khosrowshahi menyatakan akan membuat Uber menjadi perusahaan publik pada 2019 sejak mengambil alih kepemimpinan Uber dari tangan Travis Kalanick pada Juni 2017. Agustus lalu, ia merekrut direktur keuangan pertama Uber. Sejumlah pelaku pasar menilai, IPO Uber dan Lyft akan menguji minat investor terhadap bisnis pemesanan transportasi daring yang semakin populer dalam sepuluh tahun terakhir tetapi belum menguntungkan.
Pada kuartal III 2018, Uber membukukan rugi bersih US$ 1,07 miliar atau sekitar Rp 15,5 triliun. Padahal, perseroan mencatat pemesanan bruto (gross bookings) sebesar US$ 12,7 miliar atau sekitar Rp 184 triliun. Adapun penjualan perseroan pada kuartal III 2018 mencapai US$ 2,95 miliar atau sekitar Rp 42,77 triliun, naik 5% dibandingkan dengan kuartal II 2018.
Sejak 2010, Uber telah mengumpulkan pendanaan senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 261 triliun. Softbank, salah satu investor yang memberikan pendanaan ke Uber pada Januari 2018, meminta Uber memasukkan dokumen IPO sebelum 30 September 2019. Softbank saat ini memiliki 15% saham di Uber.
Uber belum menunjuk penjamin emisi untuk aksi korporasinya tetapi sumber Reuters menyebutkan, Morgan Stanley dan Goldman Sachs diperkirakan akan memimpin IPO tersebut. Lyft telah menunjuk JPMorgan Chase & Co, Credit Suisse, dan Jefferies sebagai penjamin emisi IPO-nya.