Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin Indonesia dapat turut membantu penyelesaian konflik antara negara-negara Arab dengan Qatar belakangan ini. Namun, saat ini, Presiden masih mencari cara untuk dapat berpartisipasi. Untuk itu, Jokowi telah menelpon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan serta Emir Qatar Sheik Tamim bin Hamad Al Thani.
Lewat kedua pemimpin negara tersebut, Presiden menanyakan duduk soal masalah krisis Arab-Qatar, termasuk pangkal soal yang terjadi. Yang penting, Jokowi beranggapan sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia akan turut serta menyelesaikan masalah tersebut.
"Saya sudah telepon (Erdogan serta emir Qatar), sebenarnya apa sih masalahnya kok sampai keras benturannya," kata Jokowi akhir pekan lalu, seperti dikutip dari keterangan resmi Sekretariat Presiden. (Baca: Krisis Qatar, Antrean di Supermarket Selama Empat Jam)
Sebagaimana diketahui situasi di Timur Tengah menjadi memanas setelah secara tiba-tiba Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Qatar. Sikap Arab Saudi itu diikuti oleh sejumlah negara, yaitu Mesir, Uni Emirat Arab, Yaman, Bahrain, dan Maladewa.
Jokowi berpendapat posisi Indonesia dalam penyelesaian konflik adalah netral. Hal ini telah dibuktikan dalam beberapa permasalahan Palestina dengan cara membuka Konsulat Jenderal resmi di negara tersebut. "Tahun kemarin kami bisa buka (konjen). Ini perkembangan baiknya."
(Baca: JK Tegaskan Sikap Netral Indonesia dalam Konflik Qatar - Arab Saudi)
Sikap netral Indonesia juga disampaikan sebelumnya oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia menilai pemutusan hubungan diplomatik negara-negara Timur Tengah dengan Qatar tidak berdampak signifikan bagi Indonesia.
Kalla juga menegaskan Indonesia tak akan berpihak dalam permasalahan yang menimpa negara-negara tersebut.
"Posisi indonesia tidak berpihak kepada salah satu pihak pada dewasa ini, karena belum mengetahui apa yang terjadi dan alasan sebenarnya," katanya.