Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam untuk mengerahkan ribuan tentara militer bersenjata lengkap jika aksi demonstrasi atas kematian George Floyd yang berujung rusuh tak dapat dikendalikan. Di luar gerbang Gedung Putih, petugas polisi membubarkan aksi protes damai dengan menggunakan gas air mata dan peluru karet saat Trump masih berpidato.
"Jika sebuah kota atau negara bagian menolak untuk mengambil tindakan yang dipelukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti penduduk mereka, maka saya akan mengerahkan militer AS dengan cepat untuk menyelesaikan masalah," ujar Trump seperti dikutip dari CNN, Selasa (2/6).
Trum menyebut aksi protes tersebut sebagai aksi teror dan menyatakan dirinya sebagai 'sekutu dari semua pengunjuk rasa'.
Ketika dia masih berbicara, para pengunjuk rasa damai di luar gerbang Gedung Putih dibubarkan oleh polisi menggunakan peluru karet dan gas air mata. Beberapa pengunjuk rasa terlihat menuangkan air ke mata mereka untuk meredakan efek dari sengatan gas.
Usai aksi pembubaran unjuk rasa tersebut, Trump kemudian berjalan melintasi taman menuju Gereja Episkopal St John, rumah ibadah yang digunakan presiden Amerika lebih dari seabad dan telah terbakar sebagian saat aksi protes Minggu malam.
"Kita merupakan negara terbesar di dunia," kata Trump di depan gereja, memegang Alkitab, dan dikelilingi oleh para pejabat AS.
(Baca: Hasil Otopsi: George Floyd Tewas akibat Sesak Napas dan Pembunuhan)
Sebelum pidato Trump, kerumunan orang berkumpul di luar gerbang Gedung Putih menjelang jam 7 malam. Padahal, jam malam tengah diberlakukan oleh walikota Washington, termasuk lokasi di dekat gereja.
Konvoi besar kendaraan militer terlihat mengemudi melalui kompleks Gedung Putih dan menuju Pennsylvania Avenue, sebelum Trump muncul untuk berbicara.
Saat berpidato di Gedung Putih, ia menyatakan komitmen untuk menegakkan hukum dan memobilisasi sumber daya militer untuk mengakhiri penjarahan nasional.
"Tugas pertama dan tertinggi saya sebagai presiden adalah untuk membela negara besar kita dan rakyat Amerika," kata Trump. "Saya bersumpah untuk menegakkan hukum dan itulah yang akan saya lakukan."
Trump menyatakan akan menggunakan seluruh hak prerogatif presidennya, termasuk mengancam akan meminta undang-undang yang jarang digunakan sejak tahun 1807, untuk memastikan berakhirnya protes dengan kekerasan. Ia bahkan mengancam untuk mengerahkan ribuan tentara yang bersenjata lengkap, personil militer, dan petugas penegak hukum untuk menertibkan aksi demonstran.
(Baca: Trump Sempat Dibawa ke Bungker saat Demonstran Serbu Gedung Putih)
Menurut dia, keadilan akan diberikan kepada George Floyd, pria kulit hitam tak bersenjata yang meninggal setelah seorang perwira polisi kulit putih berlutut di lehernya ketika ia ditangkap. Trump mengatakan dia bersama dengan banyak orang Amerika lainnya yang muak terhadap aksi dalam video kekerasan berujung kematian yang menimpa Floyd.
Menjelang kemunculannya pada Senin malam, sebuah debat telah berkecamuk di antara para penasihat Trump tentang bagaimana dan apakah presiden harus menanggapi protes yang telah menyebar ke puluhan kota.
Menurut sumber CNN, Trump marah dengan liputan yang menggambarkan dia bersembunyi di bunker bawah tanah dan mengatakan kepada para pembantunya bahwa dua ingin terlihat di luar gerbang Gedung Putih. Ini mendorong keputusan Trump untuk berpidato di Gereja St. John.
Trump dan keluarganya dilarikan ke bunker bawah tanah di kompleks Gedung Putih ketika protes berkobar di luar gedung pada Jumat malam. Trump tidak terlihat pada hari Minggu dan menghabiskan sebagian besar hari Senin di balik pintu tertutup, menyebabkan kekhawatiran bahkan dari sekutunya bahwa ia absen pada saat krisis nasional.