BPOM AS Perbolehkan Penggunaan Plasma Darah untuk Pengobatan Corona

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/pras.
ilustrasi sampel darah dari pekerja yang mengikuti rapid test atau pemeriksaan cepat COVID-19. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengizinkan penggunaan plasma darah untuk obat corona.
Penulis: Ekarina
24/8/2020, 12.13 WIB

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengizinkan plasma darah dari pasien yang telah pulih dari Covid-19 digunakan sebagai pengobatan penyakit Covid-19. Pengumuman ini dibagikan sehari setelah Presiden AS  Donald Trump menuding FDA menghalangi peluncuran vaksin karena alasan politik.

Trump menandai Komisaris FDA, Stephen Hahn dalam kicauannya di Twitter. Dia menyebut, hal ini sebagai sebagai situasi yang dalam, dimana FDA  atau siapapun yang terlibat menyulitkan perusahaan obat untuk mendapatkan orang untuk menguji vaksin dan terapi. 

"Jelas, mereka berharap untuk menunda jawaban sampai setelah 3 November. Harus fokus pada kecepatan, dan menyelamatkan nyawa!" tulis Trump dalam akun Twitternya, seperti yang dikutip dari Reuters, Senin (24/8). 

Direktur FDA Stephen Hahn mengatakan Trump belum berbicara dengannya dan tidak memiliki andil dalam keputusan FDA tersebut. 

Menurut FDA, bukti awal menunjukkan plasma darah dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesehatan pasien bila diberikan dalam tiga hari pertama perawatan rumah sakit. Namun, belum diketahui jelas apa efek langsung dari pengobatan ini.

"Tampaknya produk tersebut aman dan kami merasa nyaman dengan itu dan kami terus tidak melihat adanya sinyal keselamatan," kata Direktur Pusat Evaluasi dan Riset Biologi Food and Drug Administration, Peter Marks dalam video conference dengan wartawan. .

Badan tersebut juga mengatakan telah melalui kajian ini dengan pendekatan yang aman dan telah dianalisis terhadap 20.000 pasien yang menerima perawatan ini. Hingga saat ini, FDa menyebut sudah ada sekitar 70.000 pasien telah dirawat menggunakan plasma darah.

Adapun pasien yang bisa menggunakan pengobatan ini hanya mereka yang berusia di bawah 80 tahun dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan. Pasien tersebut memiliki tingkat kelangsungan hidup 35% lebih baik sebulan setelah menerima pengobatan.

Seperti diketahui, kasus Covid-19 hingga kinu terus mencatat angka penyebaran di hampir seluruh negara dunia. Data Worldometers mencatat, virus corona telah menjangkit 23,5 juta orang di seluruh  dunia. 

Dari angka tersebut, sebanyak 812 ribu orang meninggal dunia dan 16 juta jiwa berhasil sembuh. Sejumlah peneliti, ilmuan dan lembaga dunia terus berlomba-lomba menemukan obat dan vaksin penyakit yang telah berdampak besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi negara yang terjangkit.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 188 kandidat vaksin untuk menyembuhkan virus corona per Senin (10/8). Rinciannya, sebanyak 139 vaksin masih dalam tahap pra-klinis atau masih diuji coba ke hewan.

Kemudian, ada 25 vaksin pada fase I, 17 vaksin pada fase II, dan tujuh vaksin pada fase III. Perbedaan pada setiap tahap adalah jumlah orang yang diuji coba dengan vaksin tersebut. Fase pertama hanya melibatkan sejumlah orang, sementara fase ketiga sampai ribuan orang.

Namun, hingga kini belum ada vaksin yang disetujui untuk penggunaan secara luas dalam mengobati pasien Covid-19.