Profil Shinzo Abe yang Mundur Sebagai Perdana Menteri Jepang

ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato/aww/cf
Issei Kato Bayangan pejalan kaki terlihat di depan layar raksasa yang melaporkan respon Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Jepang terhadap penyakit virus korona (COVID-19) di Tokyo, Jepang, Selasa (7/4/2020).
Penulis: Pingit Aria
28/8/2020, 22.22 WIB

Abe menjadi perdana Menteri Jepang pertama yang lahir setelah Perang Dunia II dan juga yang termuda. Mengambil langkah konservatif dan keras terhadap Korea Utara, Abe mendekatkan Jepang dengan Amerika Serikat.

Dalam urusan dalam negeri, Abe berjanji untuk menopang sistem pensiun dan asuransi kesehatan negara. Namun, karena pemerintahannya dianggap lambat, pada Juli 2007, LDP kehilangan kursi mayoritasnya di parlemen akibat koalisi Partai Demokrat Jepang (DPJ). Pada September 2007, Abe mengundurkan diri dan digantikan oleh Yasuo Fukuda.

Setelah periode pertamanya berakhir, Abe memutuskan untuk istirahat sejenak dari politik. Suami dari Akie Abe itu kemudian come back dengan kembali terpilih sebagai presiden partai pada September 2012.

Hanya tiga bulan menjadi pemimpin oposisi, dia membawa LDP memenangkan pemilu Majelis Rendah. Ia kembali menjadi PM Jepang. Abe juga mengantarkan LDP memenangkan pemilu 2014 dan 2017, dan menjadikannya satu-satunya pemimpin partai yang mampu memenangi Majelis Rendah tiga kali berturut-turut.

Abe kemudian meluncurkan kebijakan ekonomi yang disebut Abenomics. Kebijakan itu berupa pelonggaran-pelonggaran, pemberian stimulus dan restrukturisasi untuk mengakhiri stagnasi ekonomi.

Siapa Pengganti Abe?

Belum ada ketidakpastian tentang siapa yang bisa mengambil alih jabatan perdana Menteri. Namun,  Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga yang telah berperan sebagai tangan kanan Abe disebut berpeluang menjadi perdana menteri sementara.

Menteri Keuangan Taro Aso, yang menjabat sebagai wakil perdana menteri, juga dapat turun tangan. Aso adalah perdana menteri ketika Liberal Democratic Party (LDP) kehilangan kendali atas pemerintah oposisi dari Partai Demokrat Jepang  pada 2009.

"Kami telah memiliki perdana menteri yang sama selama tujuh tahun dan itu dengan sendirinya memberikan stabilitas, tetapi sebelum itu, Jepang memiliki pemimpin baru hampir setiap tahun," kata Profesor ilmu politik di Universitas Meiji Tokyo, Go Ito, dikutip dari South China Morning Post.

Sementara calon dari partai oposisi masih dianggap lemah. Meski, mereka bisa saja menyerukan pemilihan umum untuk menantang perdana menteri baru.

Ito mengatakan, Fumio Kishida yang menjabat sebagai menteri luar negeri dan menteri pertahanan di bawah Abe, mungkin akan difavoritkan sebagai calon kuat. Selain itu, mantan menteri pertahanan Shigeru Ishida juga cukup populer di kalangan pemilih.

Halaman: