WHO-Rusia Bahas Potensi Penggunaan Darurat Vaksin Sputnik V
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan telah berdiskusi dengan pengembang kandidat vaksin virus corona asal Rusia, Sputnik V terkait pengajuan daftar penggunaan darurat (EUL). Rusia sebelumya mengklaim, vaksin ini 92% efektif melindungi manusia dari Covid-19, berdasarkan hasil uji klinis tahap kedua.
“WHO telah berkomunikasi dengan Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, mengenai minat mereka mengajukan daftar penggunaan darurat (emergency use listing)," kata salah seorang anggota WHO dikutip dari Reuters, Sabtu (14/11).
WHO berharap bisa segera memperoleh data calon vaksin Sputnik V. Jika penilaian produk yang diajukan memenuhi kriteria listing, WHO akan mempublikasikan hasilnya secara luas.
Dengan memberikan daftar penggunaan darurat vaksin, WHO dapat merekomendasikan penggunaannya kepada negara anggota. Prosedur tersebut mempersingkat proses, di mana vaksin baru dan tidak berlisensi serta produk lain dapat digunakan selama keadaan darurat.
Data uji klinis Rusia ini merupakan yang kedua, setelah data Pfizer dan BioNTech lebih dulu mengklaim 92% vaksinnya ampuh menangkal virus corona.
WHO menegaskan sampai saat ini belum melakukan prakualifikasi vaksin eksperimental atau mengeluarkan daftar penggunaan darurat. Meskipun saat ini tercatat, ada lebih dari 200 vaksin dikembangkan di seluruh dunia dan beberapa di antaranya sedang dalam studi tahap akhir.
Pengembangan Vaksin Bukan Kompetisi
Keberhasilan vaksin yang berhasil lama dinanti masyarakat dunia dengan harapan terjadi pemulihan kehidupan dari pandemi corona. Pandemi telah menewaskan lebih dari 1,26 juta orang, menutup bisnis, dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.
Namun, ilmuwan menyuarakan keprihatinan tentang kecepatan pengembangan vaksin, terutama di Rusia. Negara tersebut melaksanakan vaksinasi massal sebelum uji coba penuh untuk menguji keamanan dan kemanjurannya.
“Ini bukan kompetisi. Kami membutuhkan semua uji coba dengan standar setinggi mungkin dan mengikuti kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal itu untuk menghindari pengambilan data yang tidak jelas, ”kata Profesor Imunologi dan Penyakit Menular di Universitas Edinburgh Eleanor Riley pada Kamis (12/11).
Jika uji klinis tidak dilaksanakan dengan benar, Riley khawatir publik akan kehilangan kepercayaan terhadap vaksin. Selain itu, program vaksinasi bisa menjadi bencana bukan memberi manfaat bagi masyarakat.
Oleh karena itu, para ahli memproduksi vaksin setelah melalui uji ketahananya terhadap Covid-19 dalam kelompok usia yang berbeda. Proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang.
Di sisi lain, Satgas Penanganan Covid-19 memastikan keamanan vaksin Covid-19 yang akan digunakan masyarakat. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan vaksinasi Covid-19 di Indonesia haru melalui tahapan uji praklinis dan klinis.
Hal itu untuk memastikan keamanan, efektifitas, dan dosis yang aman."Sehingga risiko yang ditimbulkan vaksin sangat rendah dan manfaat jauh lebih tinggi," ujar Wiku konferensi pers virtual, Selasa (10/11).
Lebih lanjut, Wiku mengingatkan masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan dengan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Ketiga hal tersebut dapat membantu menekan penyebaran Covid-19 sehingga Indonesia dapat segera terbebas dari pandemi corona.
Jumlah pasiden positif Covid-19 di Indonesia kembali mencetak rekor baru dengan tambahan 5.444 orang per 13 November 2020. Sehingga, total kasus Covid-19 kini mencapai 457.735 dengan 385.094 pasien dinyatakan sembuh dan 15.037 orang meninggal dunia.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan