Rekor Baru Covid-19 di India, Tembus 400 Ribu Tambahan Kasus Harian

ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui/WSJ/sa.
Seorang pasien yang menderita penyakit virus corona (Covid-19) menerima perawatan di dalam bang gawat darurat di Rumah Sakit Holy Family di New Delhi, India, Kamis (29/4/2021).
Penulis: Desy Setyowati
1/5/2021, 15.34 WIB

Penambahan kasus positif virus corona di India kembali menyentuh rekor, yakni 401.993 dalam sehari. Secara keseluruhan, total kasus di Negeri Bollywood mencapai 19 juta.

Ini pertama kalinya jumlah kasus harian di India mencapai 400 ribu lebih, setelah 10 hari berturut-turut di kisaran 300 ribu. “Kematian akibat Covid-19 melonjak 3.523 selama 24 jam terakhir, sehingga total korban 211.853,” menurut data resmi, dikutip dari Reuters, Sabtu (1/5.

Ketika gelombang kedua pandemi mulai terjadi, India mencatatkan penambahan sekitar 7,7 juta kasus sejak akhir Februari, menurut penghitungan Reuters. Padahal sebelumnya, butuh waktu sekitar enam bulan untuk penambahan 7,7 juta kasus.

Pemerintah India pun menggelar vaksinasi Covid-19 besar-besaran untuk semua orang dewasa. Namun, beberapa negara bagian menyatakan kekurangan vaksin.

Reuters melaporkan, ratusan orang terlihat mengantre untuk divaksinasi di seluruh Ahmedabad, Gujarat, hari ini (1/5).

Kepala menteri negara bagian Delhi meminta masyarakat untuk tidak mengantre di pusat vaksinasi. Ia menjanjikan lebih banyak vaksin tiba besok atau lusa.

Negara bagian Odisha timur India mengatakan telah menerima kiriman 150 ribu suntikan. Namun, vaksinasi diperkirakan terhambat kebijakan pembatasan wilayah.

Tak cukup sampai di situ, rumah sakit di sekitar 190 kilometer bagian selatan Ahmedabad kebakaran. Musibah ini menewaskan 16 pasien virus korona dan dua staf.

Perdana Menteri India Narendra Damodardas Modi menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban kebakaran rumah sakit, beberapa jam setelah dia mengunggah foto dirinya sedang berdoa di kuil Sikh di ibu kota.

Namun, anggota forum penasihat ilmiah menilai pemerintah tidak berusaha memberlakukan pembatasan mobilitas skala besar ketika mereka memperingatkan adanya varian baru virua corona pada Maret. Padahal, “ini lebih mudah menular,” kata lima ilmuwan.

Kebijakan yang longgar dan varian baru virus corona dinilai mempercepat kenaikan kasus positif Covid-19 di India. “Infeksinya jauh lebih parah dibandingkan gelombang pertama tahun lalu,” kata beberapa ilmuwan.

Konsorsium Genetika SARS-CoV-2 India atau INSACOG memberikan peringatan tentang varian baru pada Maret lalu. “Ini disampaikan kepada seorang pejabat tinggi yang melapor langsung ke perdana menteri,” ujar salah satu ilmuwan yang menjabat direktur pusat penelitian di India utara, yang tidak ingin disebutkan namanya.

INSACOG dibentuk sebagai forum penasihat ilmiah oleh pemerintah pada akhir Desember lalu dan menyatukan 10 laboratorium nasional. Mereka bertugas mendeteksi varian genom virus corona yang berpotensi mengancam kesehatan masyarakat.

Peneliti INSACOG pertama kali mendeteksi B.1.617, yang sekarang dikenal sebagai varian virus India, pada awal Februari. Sumber mengatakan, temuan ini disampaikan ke Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC) kementerian kesehatan sebelum 10 Maret.

Sekitar tanggal tersebut, INSACOG mulai menyusun draf pernyataan kepada media untuk kementerian kesehatan. Versi draf itu menguraikan temuan forum yakni varian India baru yang memiliki dua mutasi signifikan pada bagian yang menempel di sel manusia.

Varian itu tercatat menempel pada 15% hingga 20% pasien dari Maharashtra, negara bagian yang paling parah terkena dampak gelombang kedua virus corona di India.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan