Kapal induk Tiongkok, Shandong, baru saja menyelesaikan latihan militernya di Laut Cina Selatan pada Minggu (2/5). Inilah kapal induk kedua negara tersebut dan yang pertama diproduksi di dalam negeri.
Juru bicara Angkatan Laut Tiongkok Gao Xiucheng mengatakan latihan itu berlangsung sah dan dapat meningkatkan kemampuan negaranya. “Untuk melindungi kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunan,” katanya, dikutip dari South China Morning Post.
Ia berharap dunia memandang hal tersebut secara objektif dan rasional. “Ke depan, Angkatan Laut Tiongkok akan terus menggelar latihan serupa,” ucap Gao.
Kementerian Pertahanan Negeri Panda juga mengatakan kapal induk lainnya, Liaoning, telah melakukan hal yang sama di wilayah itu dan sekitar Taiwan.
Latihan tersebut dilakukan beberapa minggu setelah Amerika Serikat dan Filipina menyuarakan keprihatinannya. Kedua negara khawatir dengan kehadiran lebih dari 200 kapal penangkap ikan Tiongkok di Laut Cina Selatan.
Kementerian Pertahanan Negeri Panda juga mengatakan kapal induknya, Liaoning, telah melakukan latihan di Laut Cina Selatan dan sekitar Taiwan. Para analis mengatakan, kedua kapal induk itu secara aktif telah bersiap menghadapi ancaman yang mungkin dihadapi Tiongkok.
Negara ini telah meningkatkan kemampuan militernya dalam beberapa tahun terakhir. Bulan lalu tiga kapal barunya mulai beroperasi. Ketiganya adalah kapal selam rudal balistik Type 09IV, kapal perusak siluman Type 055, dan kapal serbu amfibi Type 075.
Di saat yang sama ketegangan terus meningkat di Laut Cina Selatan. Beijing mengklaim sebagian besar perairan tersebut. Padahal, setidaknya ada enam negara yang berbatasan langsung dengan kawasan itu, termasuk Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam.
Tiongkok lalu membangun pulau-pulau buatan dan membangun infrastruktur militernya. Filipina protes dan beberapa kali melakukan konfrontasi dengan kapal Beijing.
Lalu, AS ikut bergabung. Bloomberg pada akhir tahun lalu menuliskan, tidak ada tempat yang lebih dekat antara militer AS dan Tiongkok, selain Laut Cina Selatan.
Ketika dua negara dengan perekonomian terbesar dunia berselisih, kekhawatiran pun berkembang. Sedikit saja salah perhitungan, dapat memicu konfrontasi militer yang lebih luas.
Kekuatan Laut Tiongkok
Kapal induk pertama Tiongkok adalah Type 001 Liaoning. Produk buatan Ukraina ini dibangun kembali dan merupakan varian lebih modern dari kapal induk kelas Kuznetsov Soviet. Beijing lalu membangun versi terbaru dari Liaoning, yang diberi nama Type 001A Shandong.
Kapal induk ketiga dan keempat Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) Tiongkok sedang dibangun di Shanghai. Ukurannya diperkirakan jauh lebih besar dari Liaoning dan Shandong.
Sebuah citra satelit menunjukkan kapal induk ketiga Tiongkok nyaris seukuran kapal induk terbaru AS, yaitu USS Gerald R Ford. Navalnews.com menuliskan, pajang garis airnya sekitar 300 meter. Angkanya sedikit lebih kecil dari Ford yang mencapai 317 meter.
Sebagai perbandingan, Liaoning dan Shandong panjangnya sekitar 270 meter. Dek penerbangan kapal induk baru tersebut juga diperkirakan mirip dengan kapal induk AS.
Satu perbedaan signifikan adalah Type-003 tidak memakai tenaga penggerak nuklir seperti Ford. Jangkauan operasinya menjadi terbatas. Karena itu, sebagian analis berpendapat, AS masih jauh mengungguli kekuatan laut Tiongkok.
Namun, Beijing terus melaksanakan program pembuatan kapal dan modernisasi angkatan lautnya menjadi lebih tangguh. Armadanya sekarang termasuk kapal selam, kapal perang amfibi, kapal induk, beserta senjata canggih.
Pada 2012, mengutip dari VOA News, PLAN memiliki 512 kapal. Lalu, awal tahun ini angkanya menjadi 777 kapal. Sedangkan AS berjumlah 490 kapal. “Beberapa negara, misalnya Vietnam dan Taiwan, harus khawatir dengan hal ini,” ujar Wakil Dekan National Chenchi University, Taipei, Huang Kwei-bo.
Bentrokan secara berkala kerap terjadi antara Vietnam dengan Tiongkok, termasuk insiden tabrakan kapal pada 2014. Sedangkan Taiwan melihat pesawat militer Beijing hampir setiap hari terbang melalui sudut zona identifikasi pertahanan udaranya.
Penyumbang bahan: Muhammad Fikri (magang)