Komisi Kesehatan Nasional atau NHC Tiongkok mengumumkan, adanya satu kasus infeksi flu burung H10N3 pada manusia di provinsi Jiangsu. Ini terjadi ketika kasus positif virus corona di selatan negara mulai meningkat.
Warga yang terinfeksi flu burung merupakan pria berusia 41 tahun yang tinggal di Zhenjiang. Komisi melaporkan, flu menular dari unggas.
“Risiko penyebaran dalam skala besar sangat rendah,” kata NHC dalam pernyataan yang diunggah di situs web resmi, dikutip dari Reuters, Selasa (1/6).
Namun, “belum ada kasus infeksi H10N3 pada manusia yang dilaporkan di dunia sebelumnya,” ujar komisi.
Kasus infeksi flu burung H10N3 itu terjadi ketika jumlah pasien terinfeksi virus corona di Guangzhou mulai meningkat. Di kota ini, ada penambahan 18 kasus Covid-19 baru pada Senin (31/5). Sedangkan di seluruh Negeri Panda, ada kenaikan 27 kasus harian.
Sedangkan pada tahun lalu, subtipe virus flu burung H5N8 mewabah di beberapa negara. Peneliti virus Weifeng Shi dan George F Gao melaporkan, wabah ini bisa berbahaya jika tidak dipantau.
"Wilayah geografis yang terkena dampak terus berkembang. Setidaknya 46 negara melaporkan wabah AIV H5N8 yang sangat patogen," ujar Gao dalam laporan, dikutip dari Science Alert, pekan lalu (24/5).
Shi dan Gao merupakan peneliti dari Universitas Kedokteran Pertama Shandong Tiongkok dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok. Keduanya termasuk ilmuwan pertama yang mendokumentasikan virus corona pada awal tahun lalu.
Keduanya menyampaikan, hewan yang paling rentan terhadap H5N8 yakni berbagai jenis burung, termasuk ayam dan bebek yang dibudidayakan.
Akhir tahun lalu, tujuh orang di peternakan di selatan Rusia menunjukkan tanda-tanda infeksi. Gao mengatakan, ini pertama kalinya H5N8 menginfeksi manusia.
Namun, ini bukan pertama kalinya subtipe flu burung menginfeksi manusia. Shi dan Gao mencatat, total ada 862 kasus infeksi H5N1 pada manusia berdasarkan dataOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebanyak 455 di antaranya meninggal dunia.
"Kasus ini berasal dari 17 negara. Sekitar 76% di antaranya dari Mesir dan Indonesia," kata Shi dan Gao dalam laporan.
Keduanya menyampaikan, flu burung jenis H5N8 berpotensi menyebar luas seperti H5N1. H5N8 yang disebut 2.3.4 juga telah menjadi patogen dominan di seluruh dunia, yang pertama kali terlihat di pasar tradisional Tiongkok pada 2010.
"AIV H5 Clade 2.3.4, terutama subtipe H5N8, telah dengan jelas menunjukkan kecenderungan penyebaran global yang cepat pada burung yang bermigrasi," kata keduanya.
Para peneliti mencatat, virus H5N8 menunjukkan bukti evolusi yang konstan, secara genetik menyusun kembali dirinya dengan bagian dari AIV subtipe lain. Virus ini juga beradaptasi dengan mengikat sel tertentu yang dapat menimbulkan risiko lebih besar bagi penularan manusia, termasuk kemungkinan penularan dari manusia ke manusia.