Investor Tertarik Beli Bandara Sydney, Tawaran Capai Rp 249 Triliun
Bandara Sydney, Australia, diperkirakan akan segera berganti kepemilikan dari Sydney Airport Holdings Pty Ltd (SYD.AX) kepada Sydney Aviation Alliance (SAA). Total transkasi pengambilalihan bandara diperkirakan mencapai US$17,4 miliar atau sekitar (Rp 248,8 triliun).
Jika pembelian tersebut disetujui maka itu akan menjadi salah satu transkasi terbesar dari sebuah perusahaan di Australia serta dalam sektor bandara secara global.
Sydney Aviation Alliance merupakan konsorsium yang terdiri dari Dana Pensiun IFM Investors, QSuper, AustralianSuper, serta Global Infrastructure Partners. Mereka menawarkan pembelian dengan harga US$8,75 per saham.
Sebelumnya, mereka juga pernah menawar untuk mengambalih bandara Sydney, yang juga dikenal dengan nama Kingsford-Smith, pada Juli lalu dengan harga US$8,45 per saham atau total transaksi US$22,8 miliar.
Dilansir dari Reuters, bandara Sydney adalah satu-satunya operator bandara yang terdaftar sebagai perusahaan terbuka di bursa Australia. Pengambilalihan ini akan menjadi taruhan jangka panjang pada sektor transportasi yang terpukul selama pandemi Covid-19.
Bandara Sydney yang memiliki hak sewa sampai 2097 merupakan bandara terbesar di Australia sehingga menarik bagi investasi jangka panjang seperti dana pensiun.
Bandara tersebut memang membukukan kerugian sebesar US$97 juta pada semester I tahun ini. Namun, seiring dengan meredanya pandemi dan naiknya mobilitas masyarakat, maka pembelian bandara tersibuk di Australia tersebut akan menguntungkan.
Rendahnya suku bunga membuat investor seperti dana pensiun mesti jeli dalam mencari bentuk investasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Bandara-bandara besar Australia lain bukanlah perusahaan terbuka dan kebanyakan dari mereka dimiliki dana pensiun dan investor infrastruktur.
“SAA telah diberikan due diligence non-eksklusif yang diperkirakan akan memakan waktu empat minggu setelah menandatangani perjanjian kerahasiaan,” kata Dewan Bandara Sydney, dikutip dari Reuters, Senin (13/9).
Seorang juru bicara SAA mengatakan konsorsium menyambut baik pengumuman itu dan berharap dapat bekerja sama dengan dewan Bandara Sydney untuk menyelesaikan transaksi. Sesuai ketentuan, pemerintah Australia tetap harus memiliki saham sebesar 51% pada bandara Sydney.
Selama 18 bulan pandemi Covid-19, hanya ada sedikit aktivitas merger dan akuisisi di sektor bandara, termasuk di Brasil dan Jepang. Banyak orang secara berspekulasi kapan aksi korporasi akan dilakukan lagi di sektor bandara.
Penantian publik sepertinya akan terjawab dalam waktu dekat dengan bergantinya kepemilikan bandara Sydney.
Kendati sudah disepakati, pengambilalihan penuh bandara diperkirakan bakal memakan waktu ber bulan-bulan. Pasalnya, transaksi tersebut membutuhkan persetujuan dari 75% pemegang saham, regulator, dewan peninjau investasi asing serta review dari ahli independen.
"Kami melihat adanya kemungkinan yang sangat besar dari transaksi ini karena ada rekomendasi penawaran ini akan diterima jika tidak ada alternatif pihak lain dengan nilai tawaran yang lebih tinggi," kata analis Credit Suisse seperti dilansir Reuters.
Sejumlah analisi meyakini tidak akan ada penawar yang akan memberikan harga transkasi lebih tinggi daripada yang diberikan SAA.
"Sangat sulit, sepertinya tidak mungkin akan ada penawar lain dengan nilai lebih tinggi," ujar Jefferies, analis Anthony Moulder.