Ancaman Gagal Bayar Utang Pemerintah AS Dapat Memicu Resesi Ekonomi
Pemerintah Amerika Serikat (AS) memiliki waktu kurang dari dua pekan lagi menuju default atau gagal bayar utang, jika Kongres AS tak kunjung merestui kenaikan pagu utang. Hal ini diprediksi dapat membawa negara ekonomi terbesar itu kembali ke jurang resesi ekonomi.
Menteri Keuangan Janet Yellen meyakini ekonomi akan jatuh ke dalam resesi jika Kongres gagal meloloskan RUU penangguhan batas utang hingga 18 Oktober mendatang. Ini akan menandai gagal bayar pertama dalam sejarah AS.
“Itu akan menjadi bencana besar jika tidak membayar tagihan pemerintah, kami berada dalam posisi di mana kami kekurangan sumber daya untuk membayar tagihan pemerintah," kata Yellen seperti dikutip dari CNBC, Selasa (6/10).
"Saya sepenuhnya memperkirakan itu akan menyebabkan resesi juga," kata Yellen
Tahun lalu, AS juga sempat resesi setelah perekonomiannya tumbuh negatif dua kuartal berturut-turut sejak awal tahun. Kendati demikian, AS dengan cepat membalikkan keadaan dan keluar dari resesi dengan pertumbuhan positif 33,1% secara tahunan pada kuartal III 2020. Tren penguatan terus berlanjut hingga pertumbuhan 6,5% pada kuartal II tahun ini.
Jika prediksi Yellen tidak meleset, ini akan menjadi resesi pertama di pemerintahan Biden sejak dilantik awal tahun lalu. Sekaligus jadi resesi kedua dalam lima tahun terakhir.
Departemen Keuangan saat ini menggunakan tindakan darurat untuk membayar tagihan AS, setelah penarikan utang telah mencapai batas maksimalnya pada akhir Juli. Tindakan luar biasa memungkinkan departemen untuk menghemat uang tunai dan menarik rekening tertentu tanpa menerbitkan obligasi baru.
Namun, Departemen Keuangan memperkirakan langkah-langkah itu bersifat sementara dan diperkirakan hanya akan bertahan hingga pertengahan Oktober.
AS tidak pernah gagal membayar utangnya sebelumnya. Para ekonom memperkirakan kejatuhan ekonomi yang akan ditimbulkan oleh gagal bayar ini. Namun, sebagian besar ekonom mengatakan default seperti itu akan membawa bencana keuangan yang dapat memicu aksi jual pasar yang luas dan penurunan ekonomi di tengah lonjakan suku bunga.
"Anda akan mengharapkan untuk melihat lonjakan suku bunga jika plafon utang tidak dinaikkan. Saya pikir akan ada krisis keuangan dan bencana. Benar sekali, memang benar pembayaran bunga utang pemerintah akan meningkat," kata Yellen saat berbicara di depan Anggota Kongres pekan lalu.
Ia mengatakan default juga akan merusak reputasi US Treasury sebagai aset obligasi teraman yang ada di dunia. Lebih jauh, ini juga akan berefek terhadap menurunnya minat terhadap obligasi pemerintah AS dan kemudian menggoyahkan dolar sebagai mata uang utama dunia saat ini.
Yellen juga telah menyurati Ketua DPR AS Nency Pelosi awal pekan lalu. Melalui surat itu, Yellen mengingatkan otoritas terkait tenggat waktu risiko default dan kondisi keuangan pemerintah yang kian menipis.
Sehari sebelumnya, Presiden AS Joe Biden dalam pidatonya di Gedung Putih mengungkap ia mulai pesimistis AS bisa menghindari risiko default. Ia ragu Kongres AS dapat meloloskan RUU penangguhan batas utang di tengah sikap Partai Republik yang masih keras menolak rencana tersebut.
Dalam pidatonya itu, Biden menyalahkan sikap oposisi pemerintah, Partai Republik yang menolak bergabung dengan Partai Demokrat untuk menangguhkan batas utang. RUU penangguhan batas utang ini memperbolehkan pemerintah menaikkan pagu utang sehingga bisa menarik lebih banyak utang baru.
“Partai Republik tidak hanya menolak untuk melakukan tugasnya, tetapi mereka juga mengancam akan menggunakan kekuatan mereka untuk mencegah kami melakukan pekerjaan kami yakni menyelamatkan ekonomi dari potensi 'bencana'. Terus terang, itu saya pikir tindakan munafik, berbahaya, dan memalukan,” Kata Biden seperti dikutip dari CNN, Senin (4/10).
Ia mengklaim sebagian dari pembiayaan tersebut juga dipakai untuk melunasi utang tahun-tahun sebelumnya, termasuk saat pemerintahan Donald Trump yang disebut telah mewariskan tagihan hingga US$ 8 triliun.
Biden mengatakan kegagalan Kongres meloloskan RUU penangguhan batas utang dapat mengancam status cadangan dolar sebagai mata uang utama dunia. Selain itu, peringkat kredit AS juga akan turun, suku bunga akan naik untuk hipotek, pinjaman mobil, kartu kredit hingga pinjaman.
Kegagalan untuk menaikkan pagu utang tepat waktu juga dapat menghentikan pembayaran kepada jutaan orang Amerika, termasuk gaji kepada pekerja federal, tunjangan layanan kesehatan, gaji militer, pengembalian pajak, jaminan sosial, dan pembayaran kepada kontraktor federal.