Dampak dan Penyebab Konflik Rusia-Ukraina

ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas/WSJ/djo
Dampak Konflik Rusia dan Ukraina
Editor: Safrezi
25/2/2022, 15.42 WIB

Konflik antara Ukraina dan Rusia menjadi pembahasan di seluruh dunia. Penyebab konflik Rusia-Ukraina ini sudah ada sejak dulu. Konflik bersenjata di Ukraina Timur sempat terjadi di awal tahun 2014.

Sementara itu bulan Oktober 2021, Rusia mulai memindahkan pasukan dan peralatan militer di dekat perbatasan Ukraina. Pemindahan pasukan dan militer ini memicu potensi invasi.

Penyebab Konflik Rusia-Ukraina

Menurut sejarah konflik antara Ukraina dan Rusia sudah lama terjadi. Mengutip dari aljazeera.com, dahulu Ukraina, Rusia, dan negara tetangga Belarusia menjadi negara adidaya di abad pertengahan. Sebagian besar wilayah mencakup Eropa Timur.

Kedua negara ini mempunyai bahasa, sejarah, dan politik. Presiden Putin dari Rusia mengklaim negaranya dan Ukraina adalah satu orang. Klaim tersebut menyebut Ukraina termasuk peradaban Rusia. Namun, Ukraina menolak klaim ini.

Tahun 2005 dan 2014, terjadi revolusi di negara Ukraina. Negara tersebut menolak supremasi Rusia dan mencari cara untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty Organization).

Mengutip dari dw.com, NATO adalah aliansi militer yang terdiri dari 28 negara di Eropa dan Amerika Utara.

NATO mewajibkan anggota setiap negara mencari solusi damai dan menuntaskan konflik. Posisi NATO murni sebagai aliansi pertahanan. Jika salah satu negara diserang, maka anggota dari negara NATO mewajibkan untuk solidaritas.

Mengutip dari Global Conflict Tracker (CFR) menjelaskan latar belakang konflik kedua negara ini. Berikut penyebab konflik Rusia-Ukraina, mengutip dari cfr.org:

1. Tahun 2013

Awal mula krisis di Ukraina ketika terjadi protes di ibu kota Kyiv, Ukrarina. Pada November 2013, Presiden Viktor Yanukovych dari Ukraina menolak untuk kesepakatan dan ekonomi dengan UNI Eropa.

2. Tahun 2014

Pasukan militer Rusia mengambil wilayah Krimea, Ukraina. Warga Krimea juga memilih bergabung dengan Federasi Rusia dalam sebuah Referendum.

Kemudian Presiden Vladimir Putin menjelaskan perlunya perlindungan dan hak-hak warga negara Rusia, serta penutur bahasa Rusia di Krimea dan Ukraina Tenggara.

Krisis ini membuat perpecahan etnis. Terjadi gerakan separatis yang mendukung Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk, di Ukraina Timur. Gerakan separatis ini ingin melakukan deklarasi kemerdekaan dari Ukraina.

3. Tahun 2015

Negara Ukraina menjadi krisis internasional bulan Juli, 2014. Hal ini membuat Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) berselisih dengan Rusia.

Terjadi kecelakaan pesawat penerbangan Malaysia Airlines yang ditembak jatuh di wilayah udara Ukraina. Kecelakaan pesawat tersebut menewaskan 298 penumpang.

Bulan Oktober 2015, penyelidik dari Belanda menyimpulkan pesawat tersebut jatuh karena rudal darat ke udara buatan Rusia.

4. Tahun 2015

Para penyelidik menjelaskan sistem rudal disediakan oleh Rusia bulan September 2016. Sebelumnya negara Perancis, Jerman, Rusia, dan Ukraina melakukan kesepakatan untuk menghentikan kekerasan di bulan Februari tahun 2015.

Perjanjian tersebut mencakup gencatan senjata, penarikan senjata, dan kontrol penuh pemerintah Ukraina, untuk mengurus wilayah konflik. Tetapi penyelesaian diplomasi tidak berhasil.

5. Tahun 2016

NATO mengumumkan aliansi akan mengerahkan 4 batalyon ke Eropa Timur seperti Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia. Pasukan ini untuk mencegah agresi Rusia di wilayah Eropa Timur.

Pasukan NATO ini bergabung dengan dua brigade tank Angkatan Darat Amerika Serikat. Pengerahan pasukan ini terjadi bulan September 2017.

Sejak konflik di tahun 2014, warga Ukraina mendapatkan serangan siber. Tahun 2016, warga Kyiv terkena pemadaman listrik. Tahun 2017 terjadi serangan siber komputer pemerintah dan bisnis di Ukraina.

6. Tahun 2018

Ukraina menyetujui untuk bergabung dengan NATO untuk latihan udara skala besar bulan Oktober 2018. Pelatihan tersebut dilakukan di wilayah Ukraina Barat. Latihan tersebut dilakukan 1 bulan setelah Rusia mengadakan latihan militer tahunan.

Dampak Konflik Ukraina dan Rusia

Konflik antara Rusia dan Ukraina berdampak pada politik, pengendalian senjata, terorisme, dan ekonomi di dunia.

Konflik di Ukraina beresiko memperburuk hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia. Mengutip dari mei.edu berikut dampak konflik Ukraina dan Rusia:

1. Krisis Energi

Konflik kedua negara akan berpengaruh pada pasokan gas alam di Eropa. Selain itu harga minyak bisa meningkat karena konflik ini. Pembeli tidak dapat membeli produk energi dari Rusia.

Gas alam Rusia menyumbang sekitar 40% pasar Uni Eropa. Makanya, konflik ini bisa mempengaruhi harga gas alam dan minyak dunia.

2. Bidang Pertanian

Ukraina mengekspor gandum sekitar 95% melalui laut hitam. Sekitar 50% ekspor gandung dikirim ke negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Ukraina juga memasok jagung ke Mesir.

Konflik antara Rusia dan Ukraina dapat berdampak pada pasokan pertanian ke negara Afrika dan Timur Tengah. Akibatnya terjadi kenaikan harga di bidang pertanian.

3. Krisis Kemanusiaan

Akibat konflik di Ukraina terjadi krisis kemanusiaan. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), memperkirakan jumlah penerima bantuan di tahun 2022 akan meningkat.

4. Terjadi Inflasi

Amerika termasuk produsen dan pengekspor energi, sehingga ekonomi tidak berdampak pada konflik Ukraina. Tetapi konflik antara Rusia dan Ukraina berdampak pada inflasi.

5. Kenaikan Suku Bunga

Cara mengatasi inflasi adalah menaikkan suku bunga. Sebagian besar pakar ekonomi memperkirakan terjadi lonjakan harga karena konflik di Ukraina. Konflik ini berdampak pada inflasi jangka panjang.