Putin Minta Negara Oposisi Bayar Gas Rusia dalam Mata Uang Rubel

ANTARA FOTO/REUTERS/Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremli
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan warga di Cherepovets, Rusia, Selasa (4/2/2020).
Penulis: Lavinda
24/3/2022, 08.43 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin meminta negara-negara tak bersahabat yang membeli gas Rusia untuk membayarnya dalam mata uang Rubel alih-alih dalam Euro seperti ketentuan dalam kontrak yang berlaku saat ini. 

Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) telah memberlakukan sanksi berat terhadap Rusia sejak Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Namun, Eropa sangat bergantung pada gas Rusia untuk pemanas dan pembangkit listrik.

Saat ini, negara-negara di Uni Eropa masih memiliki perbedaan pendapat terkait perlu atau tidaknya memberi sanksi pada sektor energi Rusia. Harga gas Eropa melonjak di tengah kekhawatiran terjadinya krisis energi di kawasan tersebut. 

"Jika Anda menginginkan gas kami, belilah mata uang kami," ujar Putin pada pertemuan yang disiarkan televisi dengan para menteri pemerintah, seperti dikutip dari Antara, Kamis (24/3).

Namun, masih belum jelas bahwa Rusia memiliki kekuatan untuk mengubah kontrak jual beli gas secara sepihak atau tidak.

"Rusia akan terus memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga seperti dalam kontrak yang disepakati sebelumnya. Perubahan hanya akan mempengaruhi mata uang pembayaran yang diubah menjadi rubel Rusia," kata Putin. 

Beberapa harga gas grosir Eropa naik hingga 30% pada Rabu (23/3/2022). Harga gas grosir Inggris dan Belanda melonjak. Gas Rusia menyumbang sekitar 40% dari total konsumsi Eropa.

Impor gas Uni Eropa dari Rusia tahun ini berfluktuasi antara 200 juta hingga 800 juta euro per hari.

Nilai tukar rubel melonjak dalam jangka pendek ke level tertinggi dalam tiga pekan melewati 95 terhadap dolar AS, sesaat setelah pengumuman mengejutkan Putin. Rubel memangkas kenaikannya, tetapi tetap jauh di bawah 100, ditutup pada 97,7 terhadap dolar AS, turun lebih dari 22% sejak 24 Februari.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyebut permintaan Putin melanggar kontrak. Polandia, pembeli gas Rusia lainnya juga menyatakan hal yang sama.

Sumber senior pemerintah Polandia menambahkan, Polandia tidak berniat menandatangani kontrak baru dengan Gazprom setelah kesepakatan mereka yang ada berakhir pada akhir tahun ini.