Mata uang rubel Rusia bangkit dan kembali menguat ke level 84 per dolar AS, pada Kamis (31/3/2022) waktu setempat. Nilai mata uang Rusia itu naik sekitar 20 persen dari dua sesi sebelumnya, yang menyentuh level 82,55 per dolar AS untuk pertama kalinya sejak 25 Februari lalu.
Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang mewajibkan pembeli asing membayar gas dari Rusia dalam mata uang rubel mulai 1 April ini. Jika kewajiban tersebut tidak dijalankan, kontraknya akan dihentikan.
Rubel sempat terperosok ke level 150 per dollar AS pada 7 Maret setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan larangan impor minyak dan gas Rusia dari AS. Padahal, rubel ada di posisi 80 per dollar AS saat itu.
Mengutip NZherald, Kepala Ekonom ACY Securities Clifford Bennett mengatakan pemulihan rubel didorong oleh penurunan total impor, bahkan ketika Rusia terus mengekspor komoditas penting termasuk gas alam, minyak dan nikel.
Beberapa pengamat mata uang juga mengaitkan kenaikan rubel baru-baru ini dengan pengumuman oleh bank sentral Rusia bahwa pihaknya melanjutkan pembelian emas dengan harga tetap 5.000 rubel per gram – yang pada dasarnya mengelompokkan mata uang ke emas.
"Saya pikir beberapa komentator mungkin sedikit melebih-lebihkannya, tetapi itu tentu saja merupakan faktor. Ini komoditas utama seperti nikel. Saya tidak akan mengatakan rubel didukung emas, saya cenderung mengatakan itu didukung logam keras," kata Bennett.