Amerika cs Walk Out di Forum G20 Jadi Sinyal Penting bagi Indonesia

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan secara virtual saat berlangsungnya Pertemuan Tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (G20 FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022).
22/4/2022, 14.48 WIB

Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada melakukan aksi walk out atau meninggalkan ruangan, ketika perwakilan Rusia berbicara pada pertemuan menteri keuangan negara-negara G20 di Washington DC, Amerika Serikat, pada Rabu (20/4). Aksi ini merupakan wujud protes mereka terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Menurut Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, sikap politik luar negeri dari ketiga negara tersebut dalam menyikapi konflik Rusia dan Ukraina, menandai dimulainya dinamika politik pada forum G20.

Aksi ini menjadi peringatan bagi Indonesia sebagai Presidensi G20, karena sikap tersebut kemungkinan juga akan kembali terjadi saat pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang digelar di Bali, November mendatang.

"Aksi walk out berpotensi besar juga akan menjadi pola yang dilakukan pemimpin masing-masing negara tersebut," kata Umam saat dihubungi Katadata, Jumat (22/4).

Sikap AS, Kanada, dan Inggris juga mengancam memperluas polarisasi sikap negara-negara anggota G20 lainnya, yang terdiri dari Australia, Argentina, Brasil, Cina, Uni Eropa, Jerman, India, Indonesia, Italia, Meksiko, Arab Saudi, Rusia, Korea Selatan, Turki dan Inggris.

Polarisasi ini akan terbagi menjadi dua kutub kekuatan, yaitu kubu Barat dengan Amerika Serikat dan negara-negara kuat di Eropa. Serta blok Rusia yang mendapatkan dukungan dari Cina, sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini.

"Dalam konteks ini, forum G20 di Indonesia berpotensi betul akan dibayangi ancaman faksionalisme dalam keanggotaan G20 ini," ujar dia.

Menurutnya Indonesia sebagai Presidensi G20 mesti bergerak menjadi penengah di antara kedua kutub kekuatan ini, dengan melakukan shuttle diplomasi.

Indonesia mesti begerak mendekati negara-negara tersebut dengan berpegang teguh kepada prinsip politik luar negeri yang bebas aktif. Shuttle diplomasi ini diperlukan agar Indonesia tidak terjebak pada pusaran konflik yang tengah berkembang ini.

"Mencoba untuk mengkomunikasikan seluruh pihak-pihak yang berseteru, bertikai, yang memiliki konteks konflik kepentingan yang berbeda," jelasnya.

Simak juga data mengenai pengeluaran negara-negara G20 untuk perjalanan bisnis:

Kekhawatiran ini cukup beralasan mengingat Presiden Rusia, Vladimir Putin, berencana menghadiri pertemuan G20 di Bali nanti. Menurut Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, Presiden Putin sudah menerima undangan dari Presiden Joko Widodo untuk hadir di forum tersebut.

Vorobieva menjelaskan, Presiden Putin sudah menyatakan intensinya untuk menjadi bagian dari pertemuan G20.

“Kami ingin berpartisipasi dan presiden kami sudah menegaskan keinginannya untuk datang ke G20 di Bali,” kata Vorobieva kepada Katadata, Senin (18/4).

Sejumlah negara anggota G20, antara lain Amerika Serikat, Australia, dan Kanada, menolak kehadiran Rusia di forum G20. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, bahkan menyatakan Rusia seharusnya dikeluarkan dari forum G20.

Vorobieva menilai gerakan boikot sejumlah negara yang dimotori Amerika Serikat terhadap kehadiran Rusia di G20 tidak relevan. Forum ini akan tetap berjalan karena masih banyak negara lain yang akan hadir. “Jika ternyata Amerika Serikat memilih untuk tidak datang, itu urusan mereka,” katanya.

Sebelumnya Inggris, AS, dan negara-negara barat lainnya telah mendorong posisi konsensus tentang kelanjutan keanggotaan Rusia di G20, dan telah mempertanyakan kehadiran perwakilan Kremlin. 

Menteri Keuangan AS Janet Yellen, seperti dikutip dari Reuters, mengatakan kepada hadirin dalam pertemuan tersebut bahwa dia tidak menyetujui kehadiran seorang pejabat senior Rusia. Departemen Keuangan AS sebelumnya mengatakan bahwa Yellen bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk menekankan bahwa tidak akan ada business as usual bagi Rusia dalam ekonomi global. 

Reporter: Aryo Widhy Wicaksono

Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.