Hindari Sensor Cina, Warga Shanghai Buat Konten Lockdown Gunakan NFT
Penduduk di Shanghai, Cina ramai memanfaatkan teknologi blockchain untuk merekam dan mengabadikan masa-masa lockdown atau karantina Covid-19. Mereka membuat berbagai macam video, foto, hingga karya seni dalam bentuk Non Fungible Token atau NFT agar dapat menghindari sensor dari pemerintah yang dapat berujung penghapusan konten.
Reuters melaporkan pada Rabu (4/5), penduduk Shanghai membuat NFT untuk melampiaskan rasa frustasi dan emosi yang memuncak karena penderitaan selama masa karantina. Selama lockdown yang ketat ini, masyarakat kesulitan mendapatkan logistik hingga layanan kesehatan.
Di masa kesulitan itu, pemerintah Cina meningkatkan pengawasan internet dan obrolan di grup. Tim sensor memburu masyarakat yang dianggap menyebarkan rumor dan memicu reaksi publik atas kebijakan pemerintah.
Tindakan tegas pemerintah itu memicu pengguna internet mencari alternatif. Mereka pun melirik pembuatan konten kreatif berbasis NFT salah satunya lewat OpenSea. Konten NFT dalam bentuk video, audio atau gambar yang berbasis blockchain ini tidak dapat dihapus.
Tren penggunaan NFT ini bermula pada 22 April, ketika warganet membagikan video enam menit berjudul "The Voice of April", sebuah montase suara yang direkam selama masa lockdown di Shanghai.
Ketika itu, seorang pemilik akun Twitter dengan nama imFong mengunggah cuitan yang di-retweet secara luas, "Saya telah mencetak video 'Voice of April' menjadi NFT dan telah membekukan metadatanya. Video ini akan ada selamanya di IPFS," katanya.
Seperti kebanyakan media sosial dan platform berita asing utama, pemerintah Cina memblokir Twitter, tapi penduduknya masih dapat mengakses dengan menggunakan VPN. Cuitan tersebut pun diikuti netizen lain yang mulai memanfaatkan NFT dalam menyampaikan keluh kesah mereka.
Pada Senin (2/5), terdapat 786 item berbeda yang terkait dengan video 'Voice of April' ditemukan di OpenSea, bersama ratusan NFT lainnya terkait dengan masa karantina di Shanghai.
Salah satunya, Simon Fong (49) seorang desainer lepas dari Malaysia yang telah tinggal di Shanghai selama sembilan tahun, membuat ilustrasi satir tentang masa lockdown dengan gaya poster propaganda era Mao.
Karyanya berisi adegan yang mendramatisasi pengujian PCR, serta tuntutan penduduk akan jatah logistik dari pemerintah. "Saya memilih gaya propaganda era Mao untuk karya-karya ini karena beberapa orang mengatakan bahwa situasi lockdown membuat Shanghai mundur," kata Fong, dikutip dari Reuters.
Fong telah membuat karya menggunakan NFT sejak setahun terakhir. Dia telah berhasil menjual sembilan karyanya dengan harga rata-rata 0,1 eter atau sekitar US$ 290 dolar.
Lockdown yang terjadi di Shanghai yang berlangsung sejak Maret, menjadi penguncian terburuk di Cina sejak pandemi Covid-19 berlangsung dua tahun lalu. Karantina yang ketat dikhawatirkan menurunkan ekonomi Cina dan global karena Shanghai termasuk kawasan ekonomi dan industri yang aktif.
Ekonomi Cina diperkirakan akan terpangkas 0,4% pada kuartal pertama dan kedua tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Mengutip Bloomberg, ekonom Cina di NatWest Group Plc Liu Peiqian menilai, pembatasan yang menargetkan separuh penduduk kota tirai meninggalkan rumah demi mencegah penyebaran Covid-19 berpotensi merugikan industri jasa dan usaha kecil.
Liu yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Cina dapat mencapai 4,7% pada kuartal pertama tahun ini memperkirakan pemulihan pada sektor jasa dan konsumsi dapat berlangsung selama delapan minggu sejak pembatasan dibuka kembali.
Sebagai pusat keuangan dan perdagangan utama, Shanghai berkontribusi 3,8% terhadap PDB negara itu. Berdasarkan data Biro Statistik Nasional Cina, Shanghai juga merupakan kota terkaya kedua setelah Beijing.