Cina Waspadai Bahaya NFT, dari Spekulasi hingga Pencucian Uang
Asosiasi perbankan, sekuritas, dan keuangan di Cina memperingatkan risiko keuangan yang terkait dengan NFT alias non-fungible token. Asosiasi tersebut membuat pedoman penggunaan NFT bagi anggotanya untuk menghindari risiko NFT.
Asosiasi yang dikelola pemerintah tersebut menilai, sifat terdesentralisasi dan terbuka dari NFT memungkinkan adanya risiko keuangan sistemik.
CNN melaporkan, NFT merupakan aset digital yang menggambarkan objek asli seperti karya seni, musik, atau item yang terdapat pada video dan game. Aset digital ini tidak dapat digandakan atau diganti. NFT biasanya dibeli menggunakan mata uang kripto (cryptocurrency) seperti ethereum.
"Cryptocurrency ini yang seharusnya tidak boleh digunakan dalam penetapan harga dan penyelesaian NFT,” kata asosiasi dalam pemberitahuannya dikutip dari South China Morning Post, Kamis (14/3).
Asosiasi menganggap, NFT dapat mengarah pada perdagangan spekulatif, pencucian uang, dan pembiayaan ilegal. Untuk mewaspadai risiko tersebut, asosiasi membuat pedoman penggunaan NFT.
Pedoman itu memerintahkan agar anggota asosiasi tidak menggunakan NFT untuk penerbitan aset keuangan seperti sekuritas, asuransi, pinjaman atau logam mulia.
Asosiasi juga melarang anggotanya menyediakan tempat perdagangan atau pembiayaan untuk NFT. Selain itu, cryptocurrency tidak boleh digunakan untuk otentikasi nama penerbit, pembeli, dan penjual NFT.
Pedoman itu juga muncul di tengah maraknya perusahaan di Cina yang meluncurkan NFT. Alibaba dan Tencent misalnya meluncurkan koleksi NFT mereka sendiri.
Secara global, Nonfungible.com mencatat jumlah transaksi NFT mencapai US$ 17,6 miliar atau sekitar Rp 251,6 triliun tahun lalu. Nilainya melonjak 21.000% dibandingkan 2020 US$ 82 juta atau Rp 1,2 triliun.
Kemudian, ada lebih dari 2,5 juta pemilik dompet kripto untuk memperdagangkan NFT tahun lalu. Jumlahnya naik dari hanya 89 ribu pada 2020.
Sedangkan jumlah pembeli NFT melonjak dari 75 ribu menjadi 2,3 juta. Investor menghasilkan total keuntungan US$ 5,4 miliar dari penjualan NFT tahun lalu. Lebih dari 470 dompet menghasilkan keuntungan lebih dari US$ 1 juta.
Selain Cina, pejabat di Singapura memberi peringatan kepada investor NFT agar membuat keputusan yang bertanggung jawab atas investasi mereka. "Sebab, negara ini ingin merangkul cryptocurrency dengan cara yang terukur,” demikian laporan Bloomberg dikutip dari Tech In Asia, pada Januari (12/1).
Menteri komunikasi dan informasi Singapura Josephine Teo mengatakan, pemerintah juga tengah mempelajari dengan cermat karakteristik dan risiko teknologi seperti blockchain, keuangan terdesentralisasi, NFT, dan metaverse.
Popularitas dari Non-Fungible Token (NFT) semakin meningkat akhir-akhir ini di seluruh dunia. Dilansir dari Business Insider, NFT termahal di dunia hingga akhir 2021 adalah The Merge yang harganya mencapai US$ 91,8 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun (kurs Rp 14.280/US$). The Merge yang dibuat oleh seniman anonim bernama Pak ini bisa terjual dalam waktu yang cepat. Berikut grafik Databoks: