Liz Truss akan dilantik menjadi Perdana Menteri Inggris yang baru pada Selasa (6/9) hari ini, menggantikan Boris Johnson yang mengundurkan diri pada Juli 2022 lalu, karena serangkaian skandal.

Setelah Johnson secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya kepada Ratu Elizabeth pada Selasa (6/9), Truss juga akan mengunjunginya di kediamannya di Skotlandia Balmoral. Sebagai pemimpin partai terbesar di parlemen, dia akan diundang untuk membentuk pemerintahan.

Liz terpilih menjadi Perdana Menteri Britania Raya setelah memenangkan suara terbanyak dalam kontes kepemimpinan Partai Konservatif, mengalahkan saingannya Rishi Sunak dengan 81.326 suara berbanding 60.399 suara anggota partai.

Mantan Menteri Luar Negeri ini akan dilantik di tengah kondisi warga Inggris yang menghadapi krisis ekonomi dan sosial. Dalam pidato kemenangannya di sebuah pusat konferensi di London pada Senin (5/9), Liz berjanji akan mengambil kebijakan demi mengatasi krisis yang ada di negaranya.

Dikutip dari CNN, Truss menjanjikan rencana berani untuk memangkas pajak dan membangun pertumbuhan ekonomi. Selain itu, dia juga berjanji menyelesaikan krisis energi, menangani tagihan energi masyarakat, sembari menangani masalah jangka panjang terkait pasokan energi.

Perempuan berusia 47 tahun itu akan mengikuti Margaret Thatcher dan Theresa May untuk menjadi perdana menteri wanita ketiga di Inggris. Meskipun memilih untuk tetap berada di Uni Eropa pada 2016, dia mendapati dirinya menjadi kandidat pilihan dari sebagian besar pendukung Brexit di partainya.

Sebelumnya, Boris Johnson resmi mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri Inggris pada 7 Juli lalu. Pengumuman tersebut resmi disampaikan Boris di Downing Street, London pada Kamis sekitar pukul 12.30 waktu setempat.

Dalam pidato pengunduran dirinya tersebut, Boris mengatakan, "Tidak ada seorang pun dalam politik yang sangat diperlukan," terang politisi yang menjabat sebagai PM Inggris kurang dari tiga tahun itu, seperti dikutip dari Sky News.

Lantas, bagaimana sepak terjang Boris selama menjadi perdana menteri?

Ada sejumlah kontoversi yang mewarnai karier politik Boris.

Pertama, karier politiknya diwarnai skandal. Setelah mengakhiri kariernya di media, pria yang memiliki nama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson ini melanjutkan kariernya sebagai politikus. Pernyataannya seringkali menimbulkan polemik.

Ia pertama kali menjadi kandidat dari Partai Konservatif untuk wilayah Clwyd Selatan pada 1997. Namun ia kalah dari pesaingnya, Martyn Jones yang berasal dari Partai Buruh. Ia tidak menyerah. Pada 2001, Johnson berhasil menjadi anggota parlemen di wilayah Henley-on-Thames.

Lagi-lagi ia mendapatkan masalah, Johnson karena memiliki rekor kehadiran yang rendah di parlemen. Meskipun jarang hadir, ia dipercaya menjadi wakil ketua umum Partai Konservatif, menteri bayangan kebudayaan serta menteri bayangan pendidikan tinggi.

Saat menjabat posisi tersebut, ia mengalami skandal perselingkuhan yang membuatnya kembali dipecat dengan alasan moralitas pribadi.

Kedua, melanggar aturan karantina Covid-19. Boris juga pernah melanggar aturan karantina di negaranya. Ia memiih tetap bekerja seperti biasa meskipun sebelumnya ia melakukan kontak erat dengan mantan Menteri Kesehatan Sajid Javid yang sebelumnya dinyatakan positif Covid-19.

Ketiga, mengangkat pejabat yang terlibat pelanggaran seksual. Selain itu, Johnson meminta maaf karena menunjuk seorang anggota parlemen untuk membantunya. Namun, politisi tersebut telah menjadi subyek pengaduan terkait pelanggaran seksual.

"Ini mendorong Rishi Sunak untuk berhenti sebagai Menteri Keuangan dan Sajid Javid mengundurkan diri sebagai Menteri Kesehatan," tulis laporan The Star.

Dalam surat yang disampaikan Menteri Javid mengutarakan kekecewannya pada kepemimpinan Johnson.

"Jelas bagi saya bahwa situasi ini tidak akan berubah di bawah kepemimpinan Anda, dan karena itu Anda juga kehilangan kepercayaan diri saya," kata Javid. 

Keempat, puluhan pejabatnya mundur serempak. Ini adalah alasan terkuat yang menyebabkan Boris harus lengser setelah puluhan pejabat di lingkaran pemerintahannya mengundurkan diri. Mereka menilai, Boris sudah tidak lagi layak memimpin Inggris lantaran diterpa berbagai skandal.

Menurut laporan BBC, setidaknya ada lebih dari 50 pejabat yang mengundurkan diri dan membuat pemerintah hampir lumpuh. Dengan delapan menteri, termasuk dua menteri luar negeri, mengundurkan diri dalam dua jam terakhir, Johnson yang terisolasi dan tidak berdaya akan tunduk pada hal yang tak terhindarkan dan menyatakan pengunduran dirinya kemudian, kata laporan media.