Tiga Piala Dunia Argentina Diraih Saat Ekonomi Sulit & Inflasi Tinggi

ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU/aww.
Ilustrasi. Inflasi tahunan Argentina diproyeksikan mencapai 99% bulan ini.
Penulis: Agustiyanti
19/12/2022, 11.20 WIB

Argentina berhasil kembali memenangkan trofi Piala Dunia setelah mengalahkan Perancis melalui adu penalti di stadion Lusail Qatar pada Minggu (18/12) malam. Ini adalah ketiga kalinya Argentina memenangkan juara dunia di tengah situasi sulit ekonomi negaranya akibat inflasi tinggi. 

Negara Amerika Selatan ini pernah memenangkan Piala Dunia pada 1978 dan 1986. Kedua tim yang memenangkan Piala Dunia tersebut menghadapi kondisi serupa yang dihadapi Lionel Messi dan timnya, yakni inflasi tak terkendali. 

Mengutip Bloomberg, inflasi tahunan Argentina diproyeksikan mencapai 99% bulan ini. Saat Diego Maradona memimpin albiceleste ke gelar 1986, inflasi rata-rata 116% tahun itu. Pada tahun 1978, ketika Argentina memenangkan turnamen yang diselenggarakannya, inflasinya bahkan mencapai 176%.

Ekonomi Argentina sering kali mengalami krisis. Negara ini pernah menjadi salah satu negara dengan perekonomian yang cukup maju, tetapi mengalami kemunduran pada sekitar tahun 1930-an. Faktor utamanya adalah ketidakstabilan politik setelah junta militer yang melancarkan kudeta pada 1930 dan mengakhiri pemerintahan konstitusional yang telah berdiri selama tujuh dasawarsa. 

Meski demikian, Argentina sebenarnya masih menjadi negara yang paling stabil hingga terjadinya depresi besar yang melanda ekonomi dunia. Negara ini pada akhirnya menjadi salah satu negara yang paling tidak stabil.

Resesi ekonomi menjelang abad ke-21 juga mengakibatkan kebangkrutan bagi Argentina. Ekonomi Argentina sudah mulai kembali pulih pada 2005, tetapi kembali bangkrut pada 2014 setelah gagal melunasi utang.

Mengutip Ceicdata, utang luar begeri Argentina mencapai US$ 274,8 miliar pada Jun 2022 atau sekitar Rp 4.122 triliun. Sementara produk domestik brutonya pada periode yang sama mencapai US$ 162 miliar. 

Pandemi dan perang Rusia-Ukraina yang menganggu rantai pasok global memperparah kondisi ekonomi Argentina. Inflasi tahunan yang melonjak telah membuat Bank sentral negara tersebut menaikkan suku bunganya hingga mencapai 75%. Sementara nilai mata uangnya, peso kini hanya tersisa seperempat dari nilainya pada tiga tahun lalu. Kondisi tersebut telah menyebabkan 40% warganya masuk ke jurang kemiskinan.

Seperti tim sepak bolanya yang mencoba bangkit dari kekalahan di laga awal melawan Arab Saudi, Argentina mencoba memulihkan ekonominya dengan bantuan IMF. Namun, program dana talangan baru yang disepakati IMF mencapai US$ 44 miliar atau sekitar Rp 682 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.500 per dolar AS merupakan yang ke-22.

Program tersebut menggantikan program penyelamatan ekonomi US$ 57 miliar pada 2018 yang sebenarnya gagal total dan masih menyisakan utang lebih dari US$ 40 miliar. 

Di balik ekonominya yang sedang suram, ratusan ribu warga Argentina merayakan kegembiraan atas kemenangan Argentina di Piala Dunia. Mereka memadati  jalan-jalan Buenos Aires pada Minggu (18/12).

"Saya tidak percaya! Itu sulit, tapi kami berhasil memenangkannya. Terima kasih kepada Messi," kata Santiago, warga yang ikut merayakan kemenangan bersama keluarganya di depan rumah mereka di Buenos Aires. seperti dikutip dari Reuters.

Membawa bendera, topi, dan kaus biru-putih ikonik negara itu, para warga Argentina mengambil alih pusat kota Buenos Aires dan tempat-tempat ikonik lainnya dalam beberapa menit setelah kemenangan. Di seluruh negeri, perayaan lain pecah.

Tim Amerika Selatan yang kalah di final turnamen melawan Jerman pada 2014 ini, belum pernah memenangkan Piala Dunia sejak 1986. Namun, kebangkitan tim tersebut telah memacu dukungan yang besar di Argentina.

"Kami seharusnya memenangkan ini dalam kondisi nyaman, tetapi keadaan yang terjadi sebaliknya. Namun, penderitaan yang sedang kami hadapi membuat kemenangan ini terasa lebih menyenangkan,"kata Rogelio Vazquez, warga yang juga pendukung tim Argentina.