Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut konflik Israel dan Palestina di Jalur Gaza yang makin memanas dipicu oleh keputusan Amerika Serikat (AS). Putin menuding Abang Sam mengabaikan aspirasi rakyat Palestina untuk menjadi negara merdeka.
Putin juga menyampaikan rasa prihatin atas jatuhnya korban dari warga sipil akibat perang Israel dan Hamas sejak Sabtu (7/10). Hingga Senin (9/10), sudah hampir 1.200 orang menjadi korban, sekira 700 orang di Israel dan hampir 500 orang di Gaza.
Ototitas Kremlin mengatakan bahwa keprihatinan Putin terhadap warga sipil yang terbunuh di Israel dan Gaza terlihat saat melakukan panggilan telepon dengan pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Keprihatinan mendalam diungkapkan mengenai terus meningkatnya kekerasan dan meningkatnya jumlah korban sipil,” kata Kremlin dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al-Jazeera pada Rabu (11/10).
Kedua pimpinan tersebut menegaskan kembali perlunya kesepakatan gencatan senjata secara segera dan kembali mendorong proses negosiasi. Pernyataan yang dirilis oleh Kremlin juga menyebut Erdogan sangat menyayangkan aksi tersebut jika menargetkan instalasi maupun bangunan sipil.
"Turki tidak menerima tindakan seperti itu," tulis pernyataan Kremlin.
Putin pada Selasa (10/10) menyebut pembentukan negara Palestina “perlu” dan menyalahkan kebijakan AS di wilayah tersebut. “Saya pikir banyak orang akan setuju dengan saya bahwa ini adalah contoh nyata kegagalan kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah,” kata Putin pada awal pertemuan dengan Perdana Menteri Irak Mohammed al-Sudani.
Putin mengatakan Washington berusaha untuk memonopoli upaya dalam menciptakan perdamaian antara Israel dan Palestina. Dia menuding AS memaksakan ide-idenya untuk mencari solusi konflik ketimbang mencari kompromi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia berhubungan dengan kedua pihak yang bertikai di Israel dan Gaza. Meski tak memerinci strategi Rusia, Peskov mengatakan Moskow akan berusaha memainkan peran dalam menyelesaikan konflik tersebut.
“Kami bermaksud terus melakukan upaya dan memainkan peran untuk mencari cara penyelesaian,” katanya.
Moskow memiliki hubungan jangka panjang dengan Palestina, termasuk Hamas, yang mengirimkan delegasi ke Moskow pada bulan Maret. Kendati demikian, Rusia juga memiliki banyak kesamaan dengan Israel, mengingat banyak orang Israel adalah mantan warga negara Rusia.
Peskov juga memperingatkan bahwa kekerasan yang terjadi saat ini dapat menjadi lebih dari sekadar mengkhawatirkan. “Ini berpotensi berbahaya karena tumbuh dan menyebar dari zona konflik Arab-Israel saat ini,” ujar Peskov.
Amerika Serikat sebelumnya berkomitmen mengirimkan bantuan persenjataan untuk Israel dalam melawan Hamas. AS juga mengirimkan salah satu kapal induknya yakni USS Gerald R Ford ke Laut Tengah.
“Saya telah mengarahkan pergerakan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Gerald R Ford ke Mediterania Timur,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (9/10).
Austin juga mengatakan serangan kilat Hamas ke Israel kemungkinan bertujuan untuk mengganggu potensi normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.