Indonesia membidik pembelian litium dan kobalt dari Kazakhstan untuk mendorong percepatan industri kendaraan listrik dan baterai. Hal ini diungkapkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kazakhstan, Mochamad Fadjroel Rachman.
Dalam wawancara dengan Silk Way TV, Jumat (20/10), Fadjroel mengungkapkan niat Indonesia membeli logam tanah jarang, khususnya lithium dan kobalt, untuk mendorong produksi kendaraan listrik dan baterai.
Saat ini, ekspor utama Kazakhstan ke Indonesia terdiri dari ferroalloy. Ia menjelaskan, adanya perjanjian bilateral khusus akan memungkinkan pasokan produk lain dari industri negara Asia Tengah tersebut.
"Bulan ini delegasi Indonesia, dari Kementerian ESDM, serta perusahaan migas dan mineral datang ke Kazakhstan, untuk bertemu dengan Menteri Energi dan pihak-pihak yang membidangi mineral. Tahun ini dan mudah-mudahan tahun depan kedua negara akan menandatangani MoU government-to-government di bidang migas dan mineral," kata Fadjroel.
Selain migas dan mineral, Fadjroel juga menyoroti sektor lain yang memiliki prospek besar untuk kerja sama antara Kazakhstan dan Indonesia, yakni pariwisata. Ia mengatakan, kedua negara berencana menandatangani nota penguatan hubungan di bidang ini tahun depan.
Indonesia diperkirakan akan menarik hingga 15.000 wisatawan asal Kazakhstan setiap tahunnya. Sementara, Kazakhstan akan menyambut hingga 5.000 wisatawan asal Indonesia setiap tahun.
Indonesia dan Kazakhstan sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan penerbangan langsung antara kota-kota utama di kedua negara, serta memperkenalkan rezim bebas visa.
Fadjroel mengatakan, peningkatan hubungan dagang kedua negara tidak akan berhenti di sektor migas, mineral, dan pariwisata saja, melainkan ke sektor lain. Tiga sektor ini utamanya akan menjadi katalis untuk mendorong hubungan perdagangan Indonesia - Kazakhstan.
"Untuk meningkatkan omzet perdagangan hingga US$ 1 miliar, maka Indonesia harus menambah ragam produk yang diekspor ke Kazakhstan," ujarnya.
Ia menjelaskan, Kazakhstan membutuhkan tekstil, furnitur, dan juga perikanan dari Indonesia. Di saat yang sama, Indonesia juga membutuhkan daging premium dan produk susu dari Kazakhstan. Jika ada penerbangan langsung, tidak hanya pariwisata, perdagangan dan investasi juga akan meningkat.