PBB Kembali Desak Gencatan Senjata, Hindari Tragedi Besar di Gaza

ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Akbar Nugroho Gumay/foc
Sekjen PBB Antonio Guterres kembali menyerukan gencatan senjata sebelum terjadi tragedi kemanusiaan yang lebih besar di Gaza, Palestina
Penulis: Syahrizal Sidik
9/2/2024, 15.31 WIB

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, kembali menyerukan gencatan senjata sebelum terjadi tragedi kemanusiaan yang lebih besar di Gaza.

Hal ini setelah Israel dilaporkan memperluas serangan militernya ke Rafah, bagian selatan Palestina setelah melakukan intensitas operasi di Khan Younis dan bagian lain dari wilayah Gaza.

Lebih dari setengah dari populasi Gaza yang berjumlah 2,2 juta orang telah menumpuk di kota tersebut di sepanjang perbatasan dengan Mesir untuk mencari perlindungan.

Pemimpin PBB itu juga mempertanyakan kekuatan militer Israel di Gaza dengan dalih mereka sedang melawan Hamas dan bukan rakyat Palestina.

"Jika itu kasusnya, saya tidak bisa memahami bagaimana ini dilakukan dengan cara yang telah menyebabkan dilaporkannya sekitar 28.000 orang tewas di Gaza, 75% dari populasi terdislokasi, dan tingkat penghancuran lingkungan perumahan secara menyeluruh seperti yang telah terjadi," kata Guterres, dikutip dari Voice of America, Jumat (9/2).

"Saya pikir ada yang salah dalam cara operasi militer telah dilakukan."

Di Gedung Putih, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, mengatakan pemerintahan Biden tidak melihat tanda-tanda meyakinkan bahwa Israel akan segera melakukan operasi militer di Rafah.

Tetapi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya memberikan sinyal operasi, dengan mengatakan dalam konferensi pers bahwa pemerintahannya telah memerintahkan IDF, Angkatan Pertahanan Israel, untuk beroperasi di Rafah. Wilayah ini disebut-sebut sebagai basis terakhir kelompok Palestina Hamas. 

Di sisi lain, Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina, UNRWA, telah menjadi sorotan dan kritik yang intens dalam beberapa minggu terakhir sejak Israel menuduh sekitar selusin stafnya berpartisipasi dalam serangan teror 7 Oktober. Setidaknya 16 negara, termasuk donor utama Amerika Serikat, telah menangguhkan pendanaannya untuk lembaga tersebut.

Guterres dan Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, segera bertindak setelah menerima informasi dari Israel dan memecat sembilan dari yang dituduh. Seorang staf lainnya dikonfirmasi meninggal, dan pejabat sedang mengklarifikasi identitas dua lainnya. Penyelidikan internal PBB telah dimulai, serta tinjauan independen atas operasi lembaga tersebut.

Pada konferensi pers Rabu, Netanyahu meminta agar UNRWA dibubarkan. Namun, Guterres menegaskan, UNRWA sangat penting dan tidak tergantikan. "Tidak ada organisasi lain yang memiliki kehadiran di Gaza yang mampu untuk merespons kebutuhan," katanya.