Kronologi Crazy Rich Vietnam Divonis Hukum Mati Akibat Korupsi Rp200 T

Katadata | Muchamad Nafi
Hukuman mati kepada pengusaha Truong My Lan tak hanya menjadi perhatian warga Vietnam, tapi juga dunia.
Penulis: Yuliawati
12/4/2024, 12.40 WIB

Pengusaha properti asal Vietnam, Truong My Lan, divonis hukuman mati karena terbukti korupsi US$12,5 miliar atau sekitar Rp 200,841 triliun (asumsi kurs Rp16.067 per dolar AS). Perempuan berusia 67 tahun yang dikenal sebagai konglomerat atau crazy rich ini dianggap korupsi dengan menjarah salah satu bank terbesar di negara itu selama 11 tahun.

Putusan pengadilan pada Kamis (12/4) terhadap Truong My Lan merupakan skandal kejahatan kerah putih yang terbesar sepanjang sejarah di Vietnam.

"Saya rasa tidak pernah ada pengadilan seperti ini di era komunis," kata David Brown, seorang pensiunan pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang memiliki pengalaman panjang di Vietnam, dikutip dari BBC, Jumat (12/4). "Belum pernah ada yang sebesar ini."

Jaksa mendakwa Truong My Lan korupsi lewat pinjaman sebesar US$44 miliar (£35 miliar) dari Saigon Commercial Bank. Putusan tersebut mengharuskannya untuk mengembalikan $27 miliar, jumlah yang menurut jaksa penuntut tidak akan pernah bisa dikembalikan.

Kejaksaan Vietnam mengatakan bahwa 2.700 orang dipanggil untuk memberikan kesaksian dengan melibatkan 10 jaksa penuntut dan sekitar 200 pengacara.

Berat barang bukti kasus ini mencapai total enam ton. Delapan puluh lima orang lainnya diadili bersama Truong My Lan, yang membantah dakwaan dan mengajukan banding.

Dalam kasus ini terdapat empat orang yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Sisanya dijatuhi hukuman penjara mulai dari 20 tahun hingga tiga tahun ditangguhkan. Suami dan keponakan Truong My Lan menerima hukuman penjara masing-masing sembilan dan 17 tahun.

Kronologi Kasus yang Menjerat Truong My Lan

Truong My Lan berasal dari keluarga Sino-Vietnam di Ho Chi Minh City, yang dulunya bernama Saigon. Dia memulai sebagai pedagang di kios pasar, menjual kosmetik bersama ibunya.

Truong My Lan mulai membeli tanah dan properti setelah Partai Komunis mengantarkan periode reformasi ekonomi, yang dikenal sebagai Doi Moi, pada 1986. Pada tahun 1990-an, dia memiliki portofolio hotel dan restoran yang besar.

Meskipun Vietnam terkenal di luar negeri karena sektor manufakturnya yang berkembang pesat, sebagai rantai pasokan alternatif ke Cina, sebagian besar orang kaya Vietnam menghasilkan uang mereka dengan mengembangkan dan berspekulasi di bidang properti.

Semua tanah secara resmi adalah milik negara. Untuk mendapatkan akses ke sana, sering kali bergantung pada hubungan pribadi dengan pejabat negara. Korupsi meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan menjadi endemik.

Pada 2011, Truong My Lan adalah seorang tokoh bisnis terkenal di Kota Ho Chi Minh, dan ia diizinkan untuk mengatur penggabungan tiga bank kecil yang kekurangan dana menjadi entitas yang lebih besar: Saigon Commercial Bank.

Hukum Vietnam melarang setiap individu untuk memiliki lebih dari 5% saham di bank mana pun. Namun, jaksa penuntut mengatakan bahwa melalui ratusan perusahaan cangkang dan orang-orang yang bertindak sebagai kuasanya, Truong My Lan sebenarnya memiliki lebih dari 90% saham Saigon Commercial.

Mereka menuduhnya menggunakan kekuasaan tersebut untuk menunjuk orang-orangnya sendiri sebagai manajer, dan kemudian memerintahkan mereka untuk menyetujui ratusan pinjaman ke jaringan perusahaan cangkang yang dikuasainya. Pinjaman yang diberikannya mencapai 93% dari total pinjaman bank Saigon Commercial.

Menurut jaksa penuntut, selama tiga tahun sejak Februari 2019, ia memerintahkan sopirnya untuk menarik 108 triliun dong Vietnam atau lebih dari US$4 miliar dolar (sekitar Rp64,2 triliun) dalam bentuk tunai dari bank dan menyimpannya di ruang bawah tanahnya.

Dia juga dituduh menyuap banyak orang untuk memastikan pinjamannya tidak pernah diperiksa. Seorang mantan kepala inspektur di bank sentral dijatuhi hukuman seumur hidup karena menerima suap sebesar $5 juta.

Banyaknya publisitas resmi mengenai kasus ini bagai menyalurkan kemarahan publik atas korupsi terhadap Truong My Lan. Namun, mereka yang mengenali model bisnis di Vietnam, menganggap perbuatan Truong My Lan merupakan hal yang wajar.

Le Hong Hiep yang mengelola Program Studi Vietnam di ISEAS - Yusof Ishak Institute di Singapura mengatakan model bisnis Truong My Lan sudah lama diketahui publik.

" Sudah menjadi rahasia umum di pasar bahwa Truong My Lan dan kelompok Van Thinh Phat-nya menggunakan SCB sebagai celengan untuk mendanai akuisisi massal real estat di lokasi-lokasi yang paling strategis," kata Le Hong Hiep.

Le Hong Hiep mengatakan bukan hanya Truong My Lan melalui SCB yang menerapkan praktik itu. "Hal ini merupakan praktik yang umum. SCB bukan satu-satunya bank yang digunakan seperti ini. Jadi mungkin pemerintah kehilangan pandangan karena ada begitu banyak kasus serupa di pasar."