Korsel Menyetujui Usulan Pengurangan Kontribusi RI dalam Proyek Jet Tempur KF-21

Naver/DAPA PR
Jet tempur kolaborasi Korea Selatan-Indonesia, KF-21
Penulis: Agung Jatmiko
18/8/2024, 14.03 WIB

Korea Selatan menyetujui usulan Indonesia untuk mengurangi secara drastis kontribusi keuangan dalam proyek pengembangan jet tempur KF-21 Boramae.

Mengutip The Korea Times, Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mengumumkan persetujuan untuk mengurangi kontribusi Indonesia pada proyek ini, dari sebelumnya 1,6 triliun won atau setara dengan Rp 18,6 triliun (asumsi kurs Rp 11,63/won) menjadi 600 milliar won atau Rp 6,97 triliun.

“Kami mempertimbangkan hubungan bilateral antara kedua negara dan faktor-faktor lain seperti apakah kami akan mampu menutupi kekurangan finansial. Setelah menyelesaikan kesepakatan pembagian biaya baru dengan Indonesia, kami akan berusaha memenuhi harapan publik dengan menyelesaikan proyek jet tempur KF-21,” tulis pernyataan resmi DAPA, dikutip dari The Korea Times.

Adapun, konsekuensi dari berkurangnya kontribusi finansial Indonesia dalam proyek KF-21, adalah manfaat yang akan diperoleh pemerintah Indonesia dari proyek tersebut, yaitu transfer teknologi, juga akan dikurangi secara proporsional. Namun, DAPA belum memberikan perincian tentang bagaimana akan melakukannya.

Jet tempur kolaborasi Korea Selatan-Indonesia, KF-21 (Naver/DAPA PR)

Awalnya, Indonesia setuju untuk mendanai 20% dari program senilai 8,1 triliun won yang diluncurkan pada 2015 untuk mengembangkan jet tempur KF-21, yang akan menggantikan armada jet tempur lama seperti F-4 dan F-5.

Namun, sejauh ini Indonesia hanya menyumbang sekitar 400 miliar won atau setara dengan Rp 4,65 triliun. Mengingat fokus perbaikan dampak ekonomi yang muncul selama dan setelah pandemi Covid-19, Indonesia meminta Korea Selatan untuk mengurangi kontribusi keuangannya dalam proyek pengembangan KF-21.

Keputusan untuk menerima permintaan tersebut, berarti bahwa pemerintah Korsel dan Korea Aerospace Industries (KAI), yang awalnya masing-masing menanggung 60% dan 20% dari total biaya, kini harus menutup kekurangan untuk meneruskan pengembangan jet tempur KF-21.

Sebagai bagian dari perjanjian pengembangan bersama, Indonesia awalnya akan menerima satu prototipe dan data teknis untuk memproduksi 48 unit di dalam negeri.

Sebanyak enam prototipe jet tempur KF-21 yang diproduksi sejauh ini menampilkan bendera Korea Selatan dan Indonesia. Namun, dengan kontribusi yang berkurang, penyediaan prototipe menjadi tidak pasti.

Jet tempur kolaborasi Korea Selatan-Indonesia, KF-21 (Naver/DAPA PR)

Mengutip Business Korea, pejabat DAPA menyebutkan jika Indonesia menginginkan prototipe dan data teknis, maka pihaknya akan bernegosiasi. Namun, jika total nilai transfer teknologi, termasuk prototipe, melebihi kontribusi, Indonesia mungkin harus membayar lebih.

Proyek KF-21 Boramae merupakan inisiatif penting bagi Korea Selatan, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara dan mengurangi ketergantungan pada teknologi militer asing. Proyek ini berupaya untuk memproduksi jet tempur canggih yang dapat bersaing secara global.

Kedua negara memiliki sejarah kerja sama pertahanan, dan proyek KF-21 merupakan salah satu kolaborasi penting di mana Indonesia setuju untuk memberikan kontribusi finansial dan menerima transfer teknologi sebagai imbalannya.

Namun, situasi ekonomi Indonesia telah memengaruhi kemampuannya untuk memenuhi komitmen keuangannya terhadap proyek KF-21. Tantangan ekonomi, termasuk keterbatasan anggaran dan prioritas keuangan, telah menyebabkan keterlambatan pembayaran dan permintaan metode pembayaran alternatif, hingga pada akhirnya diputuskan untuk mengurangi kontribusi finansial dalam proyek jet tempur ini.