800 Warga Gaza Utara Tewas Imbas Serangan Israel 22 Hari, PBB Sebut Sekarat

UNICEF/Abed Zagout
Seorang anak berusia delapan tahun menunggu gilirannya untuk menerima makanan di Rafah, di Jalur Gaza selatan.
Penulis: Desy Setyowati
26/10/2024, 21.21 WIB

Lebih dari 820 warga Palestina tewas dalam operasi militer Israel yang berlangsung selama 22 hari tanpa jeda di wilayah Gaza utara. Pejabat senior urusan bantuan kemanusiaan PBB memperingatkan bahwa seluruh penduduk di wilayah ini berisiko sekarat.

Kantor media milik Pemerintahan Gaza menyebut serangan Israel selama tiga pekan itu sebagai kampanye genosida dan pembersihan etnis.

“Puluhan jenazah tergeletak di jalanan dan di dalam rumah-rumah yang hancur, sementara banyak warga Palestina masih terjebak di daerah yang terus menerus dibombardir,” kata Direktur kantor media milik Pemerintah Gaza Ismail Thawabta dikutip dari Anadolu, Sabtu (26/10).

Menurut Thawabta, krisis kemanusiaan semakin memburuk karena sistem pelayanan kesehatan lokal hancur akibat blokade militer Israel, yang memutus akses ke rumah sakit dan perawatan medis.

Pada Jumat (25/10), pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan, salah satu dari sedikit pusat medis yang tersisa di wilayah tersebut, menahan staf medis, orang yang terluka, dan pasien di dalam fasilitas tersebut.

“Situasi kesehatan di Utara Gaza sangat memprihatinkan, dan warga sipil terputus dari perawatan dan fasilitas yang penting, sementara para pekerja bantuan dicegah untuk menjangkau yang terluka,” ujar Thawabta.

Ia mengatakan Israel secara sistematis menyasar tempat penampungan, lingkungan, dan infrastruktur.

Pada Sabtu pagi (26/10), Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi pasukan Israel menahan petugas medis, pasien, dan individu yang terluka di Rumah Sakit Kamal Adwan.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO kehilangan kontak dengan staf di rumah sakit tersebut, yang tetap terisolasi setelah serangan Israel.

PBB Sebut Penduduk Gaza Utara Berisiko Sekarat

Israel tanpa henti menyerang dan menghancurkan Gaza sejak serangan lintasbatas kelompok perlawanan Palestina, Hamas, tahun lalu. 

Hampir 43 ribu orang tewas, yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak. Lebih dari 100 ribu lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel justru menyerang Gaza utara selama tiga pekan berturut-turut.

Invasi darat dan serangan bom oleh tentara Israel terus berlanjut di seluruh Gaza utara, saat pasukan Israel memaksa warga Palestina yang telah kehilangan properti terus berpindah-pindah.

“Rumah sakit diserang dan para pekerja kesehatan ditahan. Tempat penampungan kosong dan dibakar,” kata pejabat senior sementara PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat Joyce Msuya.

Msuya menyoroti dampak mengkhawatirkan dari serangan Israel terhadap layanan kesehatan dan keselamatan warga sipil, serta nasib para petugas pertolongan pertama yang dicegah menyelamatkan orang-orang dari bawah reruntuhan.

Kepala kemanusiaan PBB itu mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap populasi sipil. "Keluarga telah terpisah. Pria dewasa dan anak laki-laki diangkut dengan truk. Kekerasan Israel itu telah mengakibatkan ratusan warga Palestina tewas dengan puluhan ribu sekali lagi terpaksa melarikan diri,” ujarnya.

Menurut dia, seluruh penduduk Gaza utara berisiko tewas. Dia mengutuk serangan dan blokade yang sedang berlangsung sebagai indikasi pengabaian mencolok terhadap kemanusiaan dasar dan hukum perang.

Dia menyerukan tindakan internasional segera untuk menghentikan kekerasan dan memastikan perlindungan bagi warga sipil di kawasan tersebut.

Reporter: Antara