Menelaah Dampak Positif dan Negatif Denial serta Cara Mengatasinya

Katadata
Ilustrasi, denial syndrome.
Penulis: Tifani
Editor: Agung
25/10/2022, 13.10 WIB

Denial atau penyangkalan, adalah kondisi saat seseorang mengabaikan fakta yang terjadi di depan mata. Ini utamanya ketika situasi yang dialami tidak sesuai yang diharapkan. Namun, bukan hanya sebagai bentuk pertahanan diri, penyangkalan juga berarti seseorang enggan mengakui sedang menghadapi hal buruk.

Denial merupakan salah satu istilah dalam studi ilmu psikologi menyangkut tentang mekanisme pertahanan diri pikiran, perasaan, keinginan maupun peristiwa tertentu.

Mengutip sehatq.com, denial adalah mekanisme pertahanan yang tidak menyenangkan pada pikiran, perasaan, keinginan atau kejadian diabaikan atau dikecualikan dari kesadaran sadar. Tindakan ini mungkin diperlukan, sebagai penolakan untuk mengakui kenyataan penyakit yang parah, masalah keuangan, kecanduan, atau perselingkuhan pasangan.

Penyangkalan adalah proses tak sadar yang berfungsi untuk menyelesaikan konflik emosional atau mengurangi kecemasan. Sementara itu, dilansir dari Very Well Mind, denial merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri untuk mengabaikan suatu realita pada situasi tertentu untuk mencegah kecemasan.

Mekanisme pertahanan diri ini, merupakan salah satu strategi seseorang untuk mengatasi perasaan menyedihkan dengan tidak menerima konsekuensi dari realita tersebut. Pada dasarnya ketika seseorang mengalami situasi yang dirasa sangat berat untuk ditangani, maka terjadi penolakan/penyangkalan untuk mengalami peristiwa tersebut.

Dengan berpura-pura bahwa peristiwa itu tak nyata, hal itu memungkinkan mengurangi dampaknya pada diri dan bisa mengurangi kecemasan dalam jangka pendek. Meski begitu, denial bukan solusi efektif untuk mengatasi kecemasan jangka panjang, melainkan hanya sementara.

Jika pada akhirnya kenyataan dari keadaan itu muncul. Dalam beberapa kasus, denial bisa membantu tapi juga membahayakan kesehatan mental.

Gejala Denial

Dilansir dari laman Mental Health Center ada beberapa gejala yang ditunjukan seseorang yang menunjukan sikap denial. Berikut diantaranya:

  • Menolak untuk membicarakan masalah tersebut.
  • Penderita menemukan cara untuk membenarkan perilakunya.
  • Menyalahkan orang lain atau kekuatan luar karena menyebabkan masalah.
  • Bertahan dalam suatu perilaku meskipun ada konsekuensi negatif.
  • Berjanji untuk mengatasi masalah di masa depan.
  • Menghindari memikirkan masalah.
  • Membandingkan keadaan dengan orang lain.
  • Meredam perasaan atau pikiran tentang suatu masalah.
  • Merasa putus asa.

Dampak Positif Denial

Meski terkesan buruk, sikap menolak hal yang terjadi pada kehidupan ini bisa berarti hal yang baik. Beberapa alasan yang membuat denial menjadi menguntungkan adalah:

1. Fase untuk Beradaptasi

Apabila kenyataan yang diterima begitu mengejutkan, fase penyangkalan ini akan memberi waktu bagi diri sendiri untuk memahami apa yang sedang terjadi. Tak hanya itu, seseorang juga bisa memetakan apa tantangan yang akan muncul ke depannya.

Artinya, denial bisa menjadi periode sementara untuk mencerna informasi sehingga tidak berimbas pada kondisi psikologis.

2. Respons Terhadap Kondisi Pemicu Stres

Kabar mengejutkan misalnya yang berkaitan dengan kondisi kesehatan bisa memicu rasa stres. Contohnya, ketika ditemukan benjolan di bagian tubuh dan dicurigai sebagai gejala kanker.

Secara alami, tubuh akan merasa takut dan produksi adrenalin meningkat. Saat denial, seseorang akan berusaha melupakan adanya benjolan dengan harapan bisa menghilang dengan sendirinya.

Barulah setelah menyadari benjolan itu masih ada seminggu kemudian, situasi lebih tenang dan memungkinkan untuk memeriksakan diri ke dokter. Masalah dapat dihadapi dengan lebih rasional.

Dampak Negatif Denial

Namun di sisi lain, penyangkalan juga bisa menjadi hal yang tidak sehat, bahkan berbahaya. Terutama jika informasi yang dibantah adalah situasi yang genting dan harus segera disikapi.

Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari sikap denial ini, antara lain:

1. Membahayakan Diri dan Orang Lain

Penyangkalan atas situasi yang genting seperti kondisi medis atau konseling untuk masalah mental menyebabkan seseorang cenderung menunda bertemu dokter. Akibatnya, kondisi medis yang ada bisa jadi justru kian parah karena penanganan tidak diberikan sesegera mungkin.

Hal ini berlaku untuk diri sendiri dan orang lain. Contohnya ketika seseorang merasakan dada sesak dan napas terganggu namun meyakini bahwa itu bukan indikasi serangan jantung. Padahal, penanganan seharusnya diberikan sesegera mungkin.

2. Mengganggu Situasi Finansial

Selain kesehatan, menyangkal kondisi finansial sedang bermasalah juga bisa membuat masalah menjadi semakin besar. Sebut saja ketika seseorang menyangkal bahwa tagihan kartu kreditnya sudah melewati batas dan masih saja menggunakannya untuk berfoya-foya. Akibatnya, angka tagihan dan bunga akan semakin besar dan berpengaruh terhadap situasi keuangannya.

Cara Mengatasi Denial Syndrome

Denial sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan dan harus segera diatasi. Menjadikan denial sebagai fase adaptasi untuk menerima kenyataan pahit masih bisa dimaklumi, karena itu sebagai salah satu bentuk survival.

Meski begitu, sebaiknya jangan melakukan denial dalam jangka panjang dan segera atasi rasa ketidaknyamanan, perasaan, atau masalah dalam hidup. Mengutip dari Psychalive, berikut cara mengatasi denial atau penyangkalan agar berlangsung sementara:

1. Penerimaan

Menerima informasi baru yang bertentangan dengan apa yang diyakini atau ingin percayai menimbulkan rasa tidak suka atau bahkan shock. Dengan penerimaan atau acceptance ini, berarti penderita memilih untuk tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.

2. Akomodasi

Sikap akomodasi atau accomodation, memberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan informasi yang diterima, mempertimbangkan langkah selanjutnya, dan memahami situasi.

3. Penyesuaian

Pada tahap penyesuaian atau adjustment, seseorang akan segera mencari cara untuk proses adaptasi atau melakukan perubahan dalam sikap yang dibutuhkan untuk keadaan normal.

Untuk mengatasi denial, penderita akan membutuhkan bantuan dari orang-orang terdekat maupun orang yang dicintai. Bila berkepanjangan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau pun psikiater.

Cara Mencegah Munculnya Sikap Denial

Penyangkalan atau denial adalah hal yang sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan. Tidak masalah ketika merasa tak bisa memikirkan langkah selanjutnya di saat mendengar berita mengejutkan., karena itu adalah mekanisme alami untuk memproses apa yang sedang terjadi.

Meski demikian, hal yang tak kalah penting adalah memastikan penyangkalan ini hanya berlangsung sementara. Hal lain yang perlu diingat terkait dengan denial adalah:

1. Tidak Mengubah Situasi

Betapapun besarnya penyangkalan yang dilakukan, tak akan mengubah situasi yang tengah dihadapi. Sikap ini memang bisa membuat pikiran tidak dipenuhi pemikiran tentang suatu hal, namun tetap saja kenyataan harus disikapi dengan nyata.

Jadi sebelum menyangkal, coba pertimbangkan apa saja konsekuensi negatif yang mungkin muncul dengan menunda melakukan sesuatu. Berbicara dengan orang yang terpercaya bisa menjadi pilihan untuk mendapat sudut pandang lain.

2. Validasi Emosi

Tidak menyangkal bukan berarti membuang jauh-jauh emosi yang tengah dirasakan. Tak masalah merasa takut, cemas, dan emosi negatif lainnya ketika menghadapi situasi di luar kendali. Resapi dan validasi apa yang tengah dirasakan agar bisa berpikir rasional tentang langkah selanjutnya.

3. Menuliskan Jurnal

Saat situasi terasa membuat kewalahan, coba tuliskan dalam jurnal apa yang terjadi. Hal ini akan membantu memetakan kondisi yang tengah dihadapi. Siapa tahu dengan menuliskan jurnal, akan muncul ide baru terkait dengan solusi yang mungkin diambil.