Perhelatan piala dunia 2022 telah dimulai dengan berlangsungnya pertandingan antara Qatar dan Ekuador tadi malam Minggu (20/11). Tidak hanya menampilkan pertandingan olah raga, para penonton juga diajak untuk menyaksikan pagelaran event dengan modal termahal dalam sejarah.
Dilansir dari Forbes, Menteri Keuangan Qatar pada 2017 pernah mengatakan jika negara tersebut menghabiskan US$ 500 juta per pekan untuk proyek infrastruktur dalam rangka mempersiapkan diri menjadi tuan rumah piala dunia 2022. Infrastruktur tersebut termasuk jalan, hotel, stadion, dan peningkatan bandara.
Hingga saat ini, negara kecil di Timur Tengah itu diperkirakan telah menghabiskan US$ 220 miliar atau setara dengan Rp 3.454 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.700 per Dolar AS sejak negara tersebut terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia pada 2010.
Jumlah itu lebih dari 15 kali lipat dari apa yang dihabiskan Rusia pada Piala Dunia 2018.
Ini Daftar biaya Piala Dunia sejak 1994:
1. Amerika Serikat 1994: US$ 500 juta
2. Prancis 1998: US$ 2,3 miliar
3. Jepang 2002: US$ 7 miliar
4. Jerman 2006: US$ 4,3 miliar
5. Afrika Selatan 2010: US$ 3,6 miliar
6. Brasil 2014: US$1 5 miliar
7. Rusia 2018: US$ 11,6 miliar
8. Qatar 2022: US$ 220 miliar
Negara muslim pertama
Piala Dunia Qatar adalah yang pertama kalinya diadakan di negara Muslim. Qatar bahkan menerapkan kontrol yang ketat terhadap minuman beralkohol.
Dikutip dari Reuters, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara acara yang kerap disponsori oleh bir. Awalnya, panitia dikabarkan mengizinkan konsumsi bir bagi penonton sebelum pertandingan dimulai.
Namun demikian, penonton tetap dilarang mengkonsumsi minuman beralkohol selama pertandingan berlangsung. Panitia juga akan menyediakan area khusus untuk penonton yang akan meminum alkohol sebelum pertandingan.
Tetapi jelang perhelatan piala dunia, FIFA mengumumkan sama sekali tidak akan menjual bir beralkohol di stadion pada Jumat (18/11).