Luhut: Ada 22 Ribu Hektare Lahan Potensial untuk Ladang Garam

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Usai dihaluskan petakan tanah tersebut diisi air yang dipompa menggunakan kincir angin buatan sendiri.
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
14/8/2017, 19.58 WIB

Selain itu, telah ada lahan milik PT Garam seluas 225 hektare di NTT. Lahan milik masyarakat seluas 400 hektare juga akan dimanfaatkan dengan cara kemitraan untuk menambah produksi garam.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti menyatakan tim untuk penyelesaian lahan dan persiapan produksi akan melapor pada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada Senin (21/4) pekan depan.

(Baca juga:  Pemerintah Butuh Dua Tahun Siapkan Pabrik Garam di NTT)

Setelah selesai, tim akan menuju NTT untuk melihat secara langsung lahan yang akan digunakan untuk pembuatan pabrik. "Diurus sampai minggu depan, setelah itu baru ke NTT terkait laporan dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)," ujar Brahmantya.

Dalam rapat ini, BPPT juga mempresentasikan teknologi yang dapat meningkatkan kadar NaCl garam hingga menjadi 97%. "Sebagian garam dibuat tidak pakai teknologi yang bagus sehingga (saat ini) kualitas (kandungan NaCl) garamnya mungkin hanya 80%," kata Luhut.

Dengan demikian, inovasi dalam pemurnian dan pengeringan air laut oleh BPPT tersebut akan menghasilkan produk berkualitas tinggi yang setara garam industri. Untuk diketahui, garam industri memiliki kadar NaCl minimal 97,4%.

Artinya, kadar air dan zat lain dalam garam itu sangat rendah. Luhut menyatakan, "Kami juga akan meniadakan garam industri dengan garam konsumsi. Tidak dibedakan lagi ke depannya.”

(Baca juga:  Pemerintah Pakai Teknologi BPPT Persingkat Produksi Garam)

Halaman:
Reporter: Michael Reily