AS Tak Ikut Pangkas Produksi, Harga Minyak WTI Anjlok di Bawah US$ 25

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, pekerja migas. Harga minyak pada Jumat (3/4)
3/4/2020, 10.09 WIB

Harga minyak turun pada Jumat (3/4) karena investor ragu terhadap rencana pemangkasan produksi Arab Saudi-Rusia. Itu lantaran Amerika Serikat menyatakan tak akan ikut memotong produksi minyak tahun ini.

Dilansir dari Reuters pada hari ini pukul 07.27, harga minyak jenis Brent turun 3% atau 9 sen dolar AS menjadi US$ 29,05 per barel. Padahal, harga minyak jenis itu meroket hingga 21% pada perdagangan kemarin.

Begitu juga dengan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) yang turun 5,2% atau US$ 1,32 menjadi US$ 23,98 per barel. Harga WTI pada Kamis (2/4) sempat naik 24,7%.

Penurunan harga minyak dunia merupakan cerminan keraguan pelaku pasar terhadap kesepakatan Arab Saudi dan Rusia. Sebab, negara produsen minyak termasuk AS tidak ikut serta memotong produksi tahun ini.

Presiden AS Donald Trump menyatakan tidak akan memotong produksi minyak AS pada Kamis (2/4). "Baik Riyadh dan Moscow menunggu partisipasi dari AS, dan itu membuktikan hambatan besar untuk mencapai kesepakatan," kata Analis Royal Bank Canada kepada Reuters pada Jumat (2/4).

(Baca: Trump Proyeksi Rusia-Arab Saudi Pangkas Produksi Minyak 15 Juta Barel)

Sebelumnya, Trump telah berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Rusia Vladimir Putin secara terpisah. Pembicaraan tersebut membahas kemungkinan pemotongan produksi minyak berkisar 10-15 juta barel per hari.

Pernyataan tersebut mampu mendongkrak harga minyak pada hari kemarin. Biarpun begitu, harga minyak telah jatuh hampir 60% dari awal 2020.

Hal itu dipicu pandemi virus corona dan perang harga antara Arab Saudi dan Rusia. Kedua negara sebelumnya memutuskan meningkatkan produksi minyak.

Padahal permintaan global tengah anjlok akibat virus corona. Sejumlah analis memproyeksi kelebihan pasokan minyak global mencapai 25 juta barel per hari.

Pemotongan produksi 10 juta barel per hari akan meringangkan kapasitas tangki untuk sementara waktu. "Penuhnya tangki akan membuat kehancuran di pasar minyak," kata Head of Analysis Rystad Per Magnus Nysveen.

(Baca: Harga Minyak Indonesia Maret Anjlok Hampir 40% Tertekan Krisis Corona)