Universitas Oxford Cari Sukarelawan untuk Jajal Vaksin Virus Corona

ANTARA FOTO/REUTERS/John Sibley/AWW/dj
Seorang pria memakai masker pelindung dan sarung tangan di stasiun kereta api Leicester Square, London, Inggris, Rabu (18/3/2020). Universitas Oxford mecari ratusan sukarelawan untuk menjajal vaksin virus corona
30/3/2020, 13.28 WIB

Banyak negara dan institusi semakin berlomba-lomba mengembangkan vaksin virus corona Covid-19. Kali ini perguruan tinggi terkemuka Inggris yakni Universitas Oxford ikut serta dalam pembuatan antivirus penyakit yang telah menulari lebih dari 700 ribu orang itu.

Mereka mencari 510 sukarelawan berusia 18 hingga 55 tahun untuk menjajal vaksin bernama ChAdOx1 nCov-19 itu. Saat ini Pemerintah Inggris telah memberikan lampu hijau untuk mencoba antivirus ini kepada manusia.

Dari laman Universitas Oxford, uji coba akan memakan waktu enam bulan dengan opsi satu kali cek setelah setahun usai vaksinasi. Namun mereka hanya mencari sukarelawan yang berdomisili di sekitar Oxford saja untuk mencoba vaksin tersebut.

“Uji coba ini fase penting untuk mengevaluasi kelayakan vaksin Covid-19,” kata Direktur Jenners Institute Universitas Oxford Profesor Adrian Hill dalam keterangan resmi Universitas Oxford, Senin (30/3).

(Baca: East Ventures Himpun Rp 10 M untuk Produksi 100 Ribu Alat Uji Covid-19)

Tim pengembangan vaksin corona ini dipimpin oleh Profesor Sarah Gilbert, Prof. Andrew Pollard, Prof Teresa Lambe, Prof Adrian Hill, dan Dr Sandy Douglas. Mereka telah menyusun rangkaian genetika adenovirus di ChAdOx1 demi memacu kekebalan dari virus corona.

Para peneliti Universitas Oxford juga mengatakan telah memulai pengembangan vaksin virus corona sejak Januari 2020. Beberapa dari peneliti ini juga telah berpengalaman membuat vaksin Ebola serta Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

“Sejak wabah Ebola, tim riset kami telah bekerja untuk membuat vaksin yang mampu melawan pandemi,” kata Sarah Gilbert.

Jika berhasil, vaksin ini akan digunakan oleh petugas Departemen Kesehatan Inggris, orang tua, serta pasien corona yang punya penyakit pendahulu. "Kami berharap dapat segera menyediakan vaksin berkualitas tinggi," kaya Dr Sandy Douglas.

Sebelumnya Pemerintah AS dan Tiongkok telah memulai uji coba vaksin virus corona beberapa waktu lalu. Selain dua negara tersebut, Singapura juga mengembangkan alat tes massal untuk mengetahui keberadaan Covid-19 dalam tubuh manusia dalam waktu 5 sampai 10 menit. 

(Baca: Ilmuwan Singapura Temukan Cara Mempercepat Pembuatan Vaksin Corona)