Harga minyak dunia melanjutkan tren positif setelah kasus baru virus corona di Tiongkok terus berkurang. Hal itu memberi harapan pulihnya permintaan bahan bakar dari negara dengan ekonomi kedua terbesar di dunia tersebut.
Sejauh ini, pembatasan perjalanan ke dan dari Tiongkok telah mengurangi penggunaan bahan bakar. Adapun dua kilang terbesar di Tiongkok menyatakan akan mengurangi pemrosesan sekitar 940.000 barel per hari (bpd) sebagai akibat dari penurunan konsumsi atau sekitar 7% dari proses pengolahan 2019 mereka.
Namun, pemerintah Tiongkok menyatakan pertumbuhan kasus baru virus corona di negeri tersebut pada Selasa (11/2) telah melambat ke level terendah sejak 30 Januari. Biarpun begitu, para pakar internasional tetap berhati-hati dalam memprediksi kapan virus corona ini akan berakhir.
"Laporan dari Tiongkok menunjukan pengurangan jumlah kasus baru virus corona yang memaksa akumulasi tambahan di berbagai kelas aset hari ini," kata Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois Jim Ritterbusch seperti dikutip dari Reuters.
Harga minyak pun berhasil melanjutkan tren positif dalam tiga hari berturut-turut. Dilansir dari Reuters, harga minyak jenis Brent sempat naik 3.3% menjadi US$55.79 per barel pada perdagangan Rabu (12/2). Sedangkan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) CLc1 naik 2,5% menjadi US$51.17.
(Baca: Harga Minyak Melonjak Seiring Berkurangnya Kasus Baru Virus Corona)
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (13/2) pukul 08.30 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak April 2020 kembali naik sebesar 0,25% ke level US$ 55,93 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2020 naik 0,35% menjadi US$ 51,35 per barel.
Di sisi lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC setuju memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak secara global karena virus corona sebesar 230.000 barel per hari. Sedangkan Pemerintah AS memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk tahun ini sebesar 310.000 barel per hari.
Dari sisi pasokan, OPEC merekomendasikan pemangkasan lebih besar hingga 600.000 barel per hari minggu lalu untuk membendung penurunan harga minyak. Meski begitu, OPEC masih menunggu tanggapan dari Rusia terkait rencana tersebut.
Sebelumnya, kekhawatiran permintaan dari wabah virus corona telah mendorong Brent dan WTI ke level terendah dalam 13 bulan terakhir. Meskipun harga terus naik dalam dua hari terakhir, namun harga kedua jenis minyak tersebut terlanjut turun lebih dari 20% dari level tertinggi pada bulan Januari 2020.
(Baca: Permintaan Minyak Lemah Akibat Corona, Harga ICP Turun Jadi US$ 65)