Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan ada lima negara yang tertarik menjadi investor di ibu kota baru Indonesia. Kelima negara tersebut, adalah Jepang, Uni Emirat Arab (UEA), Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.
Suharso mengatakan, investor Negeri Sakura yang tertarik menanamkan modalnya di ibu kota baru, yakni Softbank. Presiden Joko Widodo sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan Presiden Softbank Masayoshi Son terkait penjajakan investasi tersebut.
Teranyar, Jokowi diketahui bertemu Masayoshi saat berkunjung ke UEA pada Senin (13/1). “Mereka termasuk yang tertarik (Softbank),” kata Suharso di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (15/1).
(Baca: Jokowi Taksir Bangun Ibu Kota Baru Habiskan APBN Rp 100 Triliun)
Suharso juga menyatakan investor dari UEA yang tertarik menanamkan modalnya di ibu kota baru adalah putra mahkota Mohamed Bin Zayed. Jokowi diketahui telah bertemu dengan Mohamed Bin Zayed ketika berkunjung ke UEA awal pekan ini.
Lebih lanjut, deretan investor lain yang juga berminat menjadi investor di ibu kota baru datang dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Tony saat ini ditetapkan sebagai anggota Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru bersama Mohamed Bin Zayed dan Masayoshi.
Kemudian dari AS, ada International Development Finance Corporation (IDFC). Lembaga ini menawarkan investasi miliaran dolar AS untuk mendanai pembangunan di Indonesia, termasuk bidang teknologi, infrastruktur, dan kesehatan.
Wacana pendaan tersebut, disampaikan IDFC langsung ke Jokowi di Istana Negara dan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi pekan lalu, Jumat (10/1).
(Baca: Jokowi Bakal 'Pamer' Rencana Bangun Ibu Kota Baru di Abu Dhabi)
Terakhir, investor yang disebut-sebut berminat ikut menanam modal di ibu kota baru adalah Jerman. Namun, Suharso enggan menyebutkan siapa investor negara tersebut yang akan menanamkan modalnya di ibu kota baru. Hanya saja, dia memastikan para investor menawarkan investasi sesuai dengan kapasitas mereka.
“Ya masing-masing dengan latar belakang kapasitas dan teknologi yang ditawarkan,” kata menteri yang juga politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.
Jokowi sebelumnya mengundang para investor di dunia untuk ikut pembangunan ibu kota baru Indonesia. Kepala Negara berharap para investor bisa membawa teknologi, inovasi, dan kearifan terbaiknya di ibu kota baru.
Dengan maraknya investasi, Jokowi menaksir biaya yang akan dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan ibu kota baru tak akan lebih dari Rp 100 triliun. Dari data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), biaya membangun ibu kota baru ini mencapai Rp 466 triliun.
(Baca: Bertemu Investor Dunia, Jokowi Beberkan Rancangan Besar Ibu Kota Baru)
Alhasil, pemerintah hanya merogoh kocek sebesar 19,2% dari total biaya tersebut. “Kalau saya melihat pemerintah enggak akan keluar lebih dari Rp 100 triliun,” kata Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (15/1).
Jokowi memprediksi pemerintah akan mengeluarkan dana untuk membangun infrastruktur dasar di ibu kota baru. Pemerintah pun akan membangun klaster pemerintahan yang berisikan Istana dan gedung-gedung kementerian.
Klaster pemerintahan akan dibangun di atas lahan seluas 5.600 hektare. “Di luar itu baru kita berikan baik kepada proses Public Private Partnership (PPP/KPBU) atau dikerjakan oleh investasi,” kata Jokowi.