Survei LSI: Persepsi Negatif terhadap Pengaruh Tiongkok Semakin Besar

ANTARA FOTO/Bayu Prasetyo
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping (kanan) saat pertemuan bilateral disela-sela menghadiri KTT One Belt One Road di Gedung Great Hall of the People, Beijing, Minggu (14/5/2017).
12/1/2020, 18.52 WIB

Di basis responden yang tidak puas dengan kinerja pemerintah, ada 62% yang beranggapan bahwa Tiongkok berpengaruh negatif kepada Indonesia. Sedangkan di basis responden yang puas dengan kinerja pemerintah, hanya 25% responden beranggapan bahwa Tiongkok berpengaruh negatif.

(Baca: Pakar Hukum Nilai Sengketa Laut Natuna Tak Selesai Sampai Akhir Zaman)

Di basis pemilih Prabowo-Sandiaga, ada 58% responden yang beranggapan Tiongkok berpengaruh negatif terhadap Indonesia. Di sisi lain, hanya 24% responden di basis pemilih Jokowi-Ma'ruf Amin yang beranggapan Tiongkok berpengaruh negatif terhadap Indonesia.

"Sentimen negatif ini juga cenderung ada di kalangan pendukung Gerindra, PKS, PAN, Demokrat yang mendukung Prabowo-Sandiaga," kata Djayadi. Menurut Djayadi, kondisi tersebut terjadi lantaran adanya hoaks yang mengasosiasikan Jokowi dengan Tiongkok pada Pilpres 2019.

Berdasarkan survei SMRC pada April 2019, ada 13% masyarakat yang percaya bahwa Jokowi merupakan kaki tangan Tiongkok. Sebanyak 29% responden dari basis pendukung Prabowo-Sandiaga setuju dengan hoaks tersebut, 51% tak setuju, sedangkan 20% sisanya tak menjawab.

Sementara, hanya 3% responden dari basis pendukung Jokowi-Ma'ruf yang setuju dengan hoaks tersebut. Sebanyak 89% tidak setuju, sedangkan 8% sisanya tak menjawab. "Maka logis kalau banyak warga terutama pendukung Prabowo-Sandi memiliki penilaian yang negatif terhadap pengaruh Tiongkok," kata Djayadi.

Halaman: