Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan KrisEnergy meminta perpanjangan masa rencanan pengembangan (PoD) Lapangan Lengo Blok Bulu. Pasalnya, proyek tersebut tak kunjung dikembangkan sejak mendapat persetujuan PoD pada 2014.
Fatar mengatakan KrisEnergy tak bisa mengembangkan Lapangan Lengo karena dianggap tak ekonomis jika dikembangkan saat harga minyak jatuh. "Yang Bulu perlu diperpanjang dulu masa POD-nya karena sudah melewati lima tahun tidak dieksekusi. Operatornya sudah mengajukan," kata Fatar kepada Katadata.co.id, Kamis (21/11).
SKK Migas pun tengah mengevaluasi pengajuan perpanjangan masa PoD secara komprehensif. Fatar berharap proses evaluasi bisa dilaksanakan secara cepat.
Dengan begitu, KrisEnergy dapat mulai menyusun kembali rencana pengembangan lapangan di Blok Bulu. Sehingga proyek tersebut bisa dikembangkan secara ekonomis. Jika berhasil beroperasi, proyek tersebut diproyeksi mampu memproduksi gas hingga 70 MMSCFD.
Di sisi lain, KrisEnergy tengah mencari mitra untuk mengembangkan blok migas tersebut. Sebab, investasi untuk Blok Bulu cukup besar. "Harus secepatnya diputuskan. Soal partner itu B to B saja mereka," kata Fatar.
(Baca: Percepat Pengembangan Blok Bulu, SKK Migas Bantu KrisEnergy Cari Mitra)
KrisEnergy memiliki 42,5% hak partisipasi dan menjadi operator di Blok Bulu sejak Oktober 2011. Mitra lainnya adalah Coro Energy dengan hak partisipasi sebesar 42,5%, PT Satria Energindo 10%, dan PT Satria Wijayakusuma 5%.
KrisEnergy mendapat persetujuan rencana pengembangan Lapangan Lengo Blok Bulu pada 2014. Kala itu, KrisEnergy berencana membangun fasilitas produksi di proyek tersebut menjadi agregasi gas perusahaan untuk pasar di Jawa Timur.
Pada Lapangan Lengo, KrisEnergy juga akan membangun unmanned wellhead platform alias anjungan sumur migas tanpa awak, serta mengebor empat sampai lima sumur pengembangan. Perusahaan juga akan membangun jaringan pipa sepanjang 65 kilometer (km) untuk mengekspor gas. Investasinya diperkirakan sekitar US$ 200 juta.
Sejauh ini, KrisEnergy telah menyelesaikan desain awal atau front-end engineering design (FEED) pada kuartal III-2015. FEED ini akan menentukan anjungan sumur yang akan digunakan, pipa ekspor, dan fasilitas penerimaan di darat.
(Baca: Faktor Risiko dan Biaya, KrisEnergy Lepas Blok Andaman II ke BP)