PLN Utang ke 8 Bank Asing Rp 14 Triliun untuk Proyek Listrik 35 GW

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Ilustrasi. PLN diminta membangun jaringan transmisi baru guna mencegah pemadaman listrik massal yang terjadi pada Agustus lalu berulang.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti
13/11/2019, 06.47 WIB

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendapatkan pinjaman US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun dari sindikasi perbankan guna menyelesaikan proyek 35.000 megawatt.

"Untuk menyelesaikan proyek yang sedang berjalan. Dari 35.000 megawatt, sebanyak 23.000 mw itu pipeline-nya sedang konstruksi," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani di Jakarta, Selasa (12/11).

Ia menjelaskan, dana tersebut antara lain akan digunakan untuk membangun transmisi demi menyambung pembangkit-pembangkit yang sudah ada. Sesuai arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PLN juga diminta membangun jaringan transmisi baru guna mencegah pemadaman listrik berulang di wilayah Jawa dan Bali.

(Baca: PLN Gaet Utang Global Rp 21 Triliun dalam Dolar AS dan Euro)

Pada awal Agustus lalu, PLN sempat mengalami gangguan transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV yang mengakibatkan pemadaman listrik serempak di Jabodetabek, Jawa Barat dan Banten.

"Pada 2020, kami fokus untuk transmisi karena yang pembangkit tinggal melanjutkan," kata dia.

Adapun pinjaman sindikasi diperoleh dari delapan bank asing, yaitu DBS Group, Korea Development Bank, MUFG Financial Group, Oversea-Chinese banking Corp, Sumitomo Mitsui Financial, United Overseas Bank, Bank of China dan Cathay United Bank. Masing-masing menyalurkan kredit US$ 125 juta.

(Baca: Pemerintah Tarik Utang Global, Cadangan Devisa Naik Jadi US$ 126,7 M)

Sebelumnya, PLN menerbitkan surat utang global (global bond)  dalam mata uang dolar AS dan euro masing-masing US$ 1,5 miliar dan 1 miliar euro.  Penetapan harga global bond dilakukan pada 30 Oktober 2019.

Utang tersebut rencananya digunakan untuk membangun infrastruktur listrik di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), serta mendukung target rasio elektrifikasi sebesar 100% pada tahun depan. Per Juli 2019 rasio elektrifikasi telah mencapai 98,8%, seperti terlihat dalam databooks di bawah ini.

Reporter: Ihya Ulum Aldin