Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan, pencurian minyak semakin marak di Blok Rokan, menjelang beralihnya pengelolaan dari Chevron Pacific Indonesia ke Pertamina. Kondisi ini disebut mempengaruhi lifting minyak blok migas tersebut.
Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Atok Urrahman membeberkan, terdapat puluhan kasus pencurian minyak setiap tahunnya di Blok Rokan, sejak 2012. Kasus pencurian yang terakhir kali ditemukan bahkan dilakukan oleh oknum yang sangat profesional.
(Baca: SKK Migas Desak Pertamina dan Chevron Sepakati Transisi Blok Rokan)
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, pelaku sampai harus membuat terowongan sedalam 100 meter untuk mencuri minyak. “Itu pakai pipa yang 2,5 inci dan ini pipa-nya shipping line yang arah ke titik lifting,” kata Atok di Gedung SKK Migas, Kamis (24/10).
Ia menjelaskan, terowongan tersebut ditemukan hampir satu bulan yang lalu. Kini, terowongan tersebut sudah ditutup oleh aparat keamanan.
Menurut dia, praktek pencurian minyak di Blok Rokan semakin marak setelah adanya keputusan pemerintah yang memberikan hak pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina mulai 2021 mendatang.
"Mungkin masyarakat tidak paham semua usaha hulu migas milik negara kan, mungkin dulu itu kan milik asing nah nanti dikelola Pertamina, jangan-jangan itu," kata dia.
(Baca: Pertamina Kantongi Izin Lepas CO2 dari Lapangan Jambaran Tiung Biru)
Maka itu, Atok meminta kepada pihak Chevron untuk memperkuat pengamanan dengan melibatkan TNI. Dirinya juga meminta kepada Chevron untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat agar kejadian tersebut tak terulang kembali.
Selain itu, ia meminta pemerintah daerah (Pemda) untuk turun tangan dalam mencegah dan memberantas pencurian minyak. Sebab, wilayah kerja yang dikelola Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) luas. “Pemda jangan sampai semua hanya dibebankan ke KKKS,” ujarnya.