Edhy Prabowo Sang Pesilat, Politisi Gerindra, dan Calon Menteri Jokowi

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ketua Gerindra, Prabowo Subianto (kiri) dan Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya Edhy Prabowo mendatangi Istana Kepresidenan, Jakarta (21/10/2019).
Penulis: Hari Widowati
22/10/2019, 06.30 WIB

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto datang ke Istana Kepresidenan bersama wakilnya, Edhy Prabowo, pada Senin (21/10) sore. Mereka kompak mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana panjang berwarna khaki.

Usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Prabowo menyatakan, Gerindra mendapatkan jatah dua kursi menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. Ia akan mengisi posisi sebagai menteri pertahanan.

Prabowo masih merahasiakan jabatan Edhy Prabowo. Namun, diperkirakan Edhy akan menduduki posisi menteri pertanian. "Jadi mungkin ada sedikit konfirmasi tempatnya di mana, tapi intinya beliau (Jokowi) yang akan umumkan pada hari Rabu (23/10)," kata Prabowo.

(Baca: Prabowo Sebut Gerindra Dapat Dua Jatah Menteri di Kabinet)

Atlet Pencak Silat yang Gagal di Akabri

Berikut ini profil Edhy Prabowo. Edhy lahir pada 24 Desember 1972 di Muara Enim, Sumatera Selatan. Ia dikenal sebagai atlet pencak silat nasional. Ia ikut bertanding di Pekan Olahraga Nasional (PON) maupun sejumlah kejuaraan pencak silat di luar negeri. 

Selain menjadi atlet, Edhy bermimpi ingin menjadi tentara. Ia diterima menjadi taruna di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Magelang, Jawa Tengah. Namun, ia hanya bertahan selama dua tahun karena melakukan pelanggaran dan dikeluarkan dari Akabri.

Gagal menjadi tentara, Edhy tak mau kembali ke kampung halaman. Ia meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk merantau ke Jakarta. Seperti dituturkan Edhy kepada Okezone, ia menumpang tinggal di rumah orang tua temannya yang bernama Pak Yul di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat.

Pak Yul, yang pada waktu itu berpangkat Letnan Kolonel dan menjabat Komandan Grup III TNI Angkatan Darat, ternyata berteman dekat dengan Prabowo. Edhy pun dikenalkan kepada Prabowo di sebuah acara di Ancol. Prabowo membantu Edhy bangkit. Bahkan, Prabowo membiayai kuliahnya di Universitas Moestopo serta pascasarjana di Swiss German University (SGU), Serpong. Setiap akhir pekan, ia meminta Edhy berlatih silat di Batujajar, Bandung. "Pak Prabowo tidak ingin kami menjadi orang yang tersesat," ujarnya, seperti dikutip Okezone.

(Baca: Jelang Pengumuman Kabinet, Prabowo dan Edhy Prabowo Datang ke Istana)

Masuk ke Gerindra dan Menjadi Caleg

Ketika Prabowo mendirikan Partai Gerindra, Edhy pun bergabung. Ia lalu mencoba peruntungannya sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari daerah pemilihan (dapil) Sumatera Selatan II. Persaingan di pemilihan legislatif 2009 sangat ketat. Edhy berhadapan dengan sejumlah politisi senior, antara lain Dodi Alex Nurdin dan Nazarudin Kiemas.

Edhy berhasil lolos menjadi anggota DPR periode 2009-2014 setelah mendapatkan suara terbanyak di dapilnya. Ia ditugaskan di Komisi VI yang membidangi industri, perdagangan, koperasi, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pada 2012, Edhy terpilih menjadi wakil ketua umum bidang keuangan dan pembangunan Dewan Perwakilan Pusat (DPP) Partai Gerindra. Di luar aktivitasnya sebagai politisi, ia juga dipercaya membantu Prabowo menjalankan bisnisnya sebagai presiden direktur dan komisaris PT Kiani Lestari Jakarta. Ia pun aktif sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), organisasi yang pernah dipimpin oleh Prabowo.

Pada Pileg 2014, Edhy kembali mencalonkan diri. Ia pun melenggang ke Senayan dan menjabat sebagai anggota DPR untuk periode 2014-2019. Kali ini ia ditugaskan menjadi Ketua Komisi IV yang mengurusi bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan.

(Baca: Masuk Kabinet, Prabowo Diminta Jokowi Bantu Bidang Pertahanan)