Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Inpex Corporation tengah mencari pembeli gas Blok Masela. SKK Migas berharap bisa mendapatkan pembeli sebelum proyek beroperasi, agar Blok Masela dapat terus berproduksi hingga 2055.
Untuk membahas hal tersebut, SKK Migas dan Inpex melakukan rapat kordinasi pada Senin (26/8). Dalam rapat tersebut hadir Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto yang didampingi Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman dan Deputi Keuangan dan Monetisasi Arief Setiawan Handoko.
Ditanya mengenai rapat tersebut, Fatar Yani mengatakan tim SKK Migas dan Inpex baru mulai membahas pemasaran gas Blok Masela. "Tim Inpex dan SKK Migas lagi bekerja di workshop untuk komersial LNG Masela,"ujar Fatar ke Katadata pada Selasa (28/7).
Sebelumnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan PT Kaltim Menthanol Industri (KMI) menyatakan minat membeli gas pipa dari Blok Masela. Begitu juga dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang ingin membeli gas dari proyek tersebut.
(Baca: Babak Baru Investasi Migas Blok Masela)
Sejauh ini belum ada keputusan yang diambil terkait penjualan gas Blok Masela. "Kita lihat bagaimana hasil workshop-nya nanti,"ujar Fatar.
Proyek Masela adalah proyek migas terbesar yang pernah ada di Indonesia. Proyek ini diharapkan dapat berproduksi pada 2027.
Komulatif produksi gas dari 2027 hingga 2055 akan mencapai 16,38 TSCF (gross) dan sebesar 12,95 TSCF (sales) dengan kapasitas produksi 9,5 metrik ton per tahun (MTPA) LNG dan 150 juta standar kaki kubik (MMSCFD) gas pipa, serta kumulatif produksi kondensat sebesar 255,28 juta MMSTB.
Nilai investasi Blok Masela mencapai US$ 19,8 miliar. Pada saat konstuksi, proyek ini akan menciptakan lapangan kerja sebanyak 91.719 per tahun dan saat beroperasi diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja sebanyak 66.838 per tahun.
(Baca: Hitungan Manfaat Ekonomi di Balik Kesepakatan Blok Masela Rp 277 T)