Di Sidang Tahunan MPR, Jokowi: Lembaga Negara Tak Boleh Alergi Kritik

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Presiden Jokowi dan Ketua DPR Bambang Soesatyo berjalan bersama dalam sidang tahunan MPR RI sidang beraama DPR RI - DPD RI dalam sidang DPR RAPBN 2020 di gedung Nusantara 2, DPR, Jakarta Pusat (16/8). Jokowi mengingatkan bahwa lembaga negara tidak boleh alergi kritik.
Penulis: Michael Reily
16/8/2019, 09.32 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan lembaga negara tidak boleh alergi terhadap kritik. Dia menyampaikan dalam pembukaan Sidang Tahunan MPR 2019 di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8).

Jokowi menyatakan lembaga negara tidak boleh cepat berpuas diri. Karena itu, setiap aspek pemerintahan harus saling mengingatkan dan membantu untuk mencapai kemajuan Indonesia.

Apalagi, Indonesia adalah negara demokrasi. "Kita (lembaga negara) tidak boleh alergi terhadap kritik. Bagaimanapun kerasnya kritik itu, harus diterima sebagai wujud kepedulian, agar kita bekerja lebih keras lagi memenuhi harapan rakyat," kata Jokowi di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Jumat (16/8).

Lembaga negara yang dimaksud meliputi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Juga termasuk Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial.

(Baca: Pasar Tunggu Jokowi Pidato Nota Keuangan dan APBN 2020, Rupiah Menguat)

Dalam pidatonya itu, Jokowi juga mengajak semua lembaga negara untuk membangun sinergi yang kuat. Sebab, dia ingin semua aspek mndukung lompatan kemajuan dalam pengentasan kemiskinan, penekanan ketimpangan, serta pembukaan lapangan kerja di Indonesia.

Jokowi ingin lembaga negara mampu menghadapi ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme. "Ikut serta melahirkan lebih banyak lagi sumber daya manusia unggul yang membawa kemajuan bangsa," kata dia.

Dia juga mengingatkan tentang perayaan Kemerdekaan Indonesia  ke-74 pada 17 Agustus 2019. Jokowi optimistis, Indonesia mampu menghadapi tantangan karena fondasi Pancasila yang kuat sebagai pemersatu bangsa.

Apalagi, Indonesia memiliki wilayah luas dengan populasi yang besar. Ia pun yakin semua anak bangsa bisa hidup rukun tanpa membedakan latar belakang agama, suku, ras, maupun golongan karena adanya Pancasila.

Jokowi menjelaskan, perbedaan bukan penghalang persatuan negara. Dia pun menutup pidato dengan sebuah perumpamaan tentang keyakinan persatuan Indonesia. "Seperti kiambang-kiambang yang bertaut kembali, setelah biduk pembelah berlalu," katanya.

(Baca: Di Sidang Tahunan, Ketua MPR Soroti Gejolak Harga Bahan Pangan )

Reporter: Michael Reily