Bursa calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diikuti 64 nama dari latar belakang yang berbeda-beda. Selain diramaikan oleh para politikus, dua calon berasal dari petahana yang kembali mencalonkan diri untuk periode selanjutnya. Selain Harry Azhar Azis, terdapat nama Achsanul Qosasi.
Dalam struktur kepengurusan BPK periode 2014-2019, Achsanul mengemban jabatan sebagai anggota III BPK RI yang berwenang mengawasi keuangan lembaga legislatif, yudikatif, BPK, beberapa kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian. Audit keuangan bukan hal baru bagi pria kelahiran Sumenep 1966 ini. Di awal kariernya, Achsanul menduduki posisi penting di sejumlah bank.
Pada 1990-1993 ia menjabat sebagai assistant manager corporate banking di Bank Bukopin. Sejak 2001-2004, ia menjabat sebagai direktur kredit dan program di Bank Persyarikatan Indonesia yang saat ini telah berganti nama menjadi Bank Syariah Bukopin. Ia juga sempat menapaki posisi sebagai komisaris di Bank Perkreditan Rakyat Luwuk-Sulawesi Tengah sejak 2007.
Ia juga sempat menjabat sebagai wakil ketua Komisi XI DPR RI yang ruang lingkup kerjanya pada bidang keuangan dan perbankan. Selama menjalankan tugasnya sebagai anggota dewan, ia bermitra dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), lembaga keuangan bukan bank (LKBB), Otoritas jasa Keuangan (OJK), dan perbankan. Ketika baru menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2013 sebagai perwakilan dari Partai Demokrat, Achsanul masuk sebagai anggota Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Bank Century.
(Baca: Politisi Dominasi Daftar Calon Anggota BPK)
Menurut catatan biografi Achsanul di laman resmi BPK, lulusan Magister Economic Science Jose Rizal University, Filipina ini sempat menjabat sebagai kepala divisi di Bank Putera Multikarsa hingga 1999. Ia keluar tepat setahun setelah digulirkannya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kepada 48 bank saat terjadi krisis moneter 1998 senilai Rp 144,5 triliun.
Bank Putera Multikarsa merupakan salah satu dari 48 bank tersebut. Tak lama setelah BLBI dikucurkan, ditemukan indikasi korupsi pada program tersebut yang ikut menjerat Marimutu Sinivasan, pemilik Bank Putera Multikarsa.
Selain Pansus Hak Angket Century, Achsanul juga beberapa kali terlibat dalam penerbitan RUU di bidang ekonomi dan keuangan. Salah satunya sebagai ketua pansus RUU Keuangan Negara pada 2013.
Selain sebagai politikus, Achsanul adalah seorang pebisnis yang handal. Ia pernah dianugerahi gelar Enterpreneur of The Year 2007 dari Departemen Perindustrian RI. Ia juga menyabet penghargaan sebagai The Best Moslem Enterpreneur pada 2008 dari Departmen Agama dan Departemen Perindustrian.
(Baca: Harry Azhar Azis, Calon Anggota BPK yang Dibayangi Panama Papers)
Achsanul dan Sepak Terjangnya Membesarkan Klub Madura United
Minat Achsanul bukan hanya di bidang ekonomi dan politik. Sejak lama ia menekuni dunia olahraga, khususnya di klub sepakbola profesional. Ia adalah chief executive officer (CEO) dari klub sepakbola asal Pamekasan, Madura United.
Ini bukan kali pertama ia terjun sebagai pengelola klub sepak bola. Sebelumnya ia adalah manajer di klub sepak bola Persepam Madura United, klub yang berbeda dari klub yang diasuhnya saat ini. Namun, kariernya di Persepam berakhir pada 2014 seiring jabatan barunya di BPK RI.
“Ini sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang BPK, anggota BPK tidak boleh lagi menjadi pengurus di perseroan atau lembaga lain yang dibiayai oleh negara,” kata Achsanul, sebagaimana dilansir dari Beritasatu.com.
(Baca: Seleksi Anggota BPK Dinilai Tak Transparan, Sarat Kepentingan Politik)
Setelah lebih dari setahun menepi dari hingar-bingar persepakbolaan, ia memutuskan untuk kembali menggeluti pekerjaan lamanya tersebut. Pada awal Januari 2016, Achsanul muncul dengan klub barunya, Madura United.
Klub sepakbola tersebut semula bernama Pelita Bandung Raya (PBR). Klub ini sempat mencatatkan prestasi lolos hingga babak semifinal pada Liga Super Indonesia 2014-2015. Setelah diakuisisi oleh Achsanul, akhirnya kepemilikan klub PBR sepenuhnya beralih kepada PT. Polana Bola Madura Bersatu yang kemudian mengubah nama klub ini menjadi Madura United.
Penulis : Abdul Azis Said (magang)