Pengusaha: Kuliner Lokal Perlu Dukungan untuk Jaga Ketahanan Pangan

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Peserta menyajikan makanan "Pecel Rawon" pada Festival Kuliner di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (23/4/2019).
Penulis: Michael Reily
25/4/2019, 15.56 WIB

Pelaku usaha mendorong pengembangan industri kuliner untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Salah satu strategi peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif dari sektor kuliner adalah pemasaran makanan tradisional dari setiap daerah ke daerah lainnya.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan Permata Adoe mengungkapkan, potensi sektor kuliner sangat besar. "Strategi penting untuk meningkatkan sektor kuliner adalah memperbesar ciri khas lokal menjadi skala nasional," kata Juan di Jakarta, Kamis (25/4).

Ia menjelaskan, model bisnis kuliner yang memasarkan kekayaan lokal sangat berpengaruh terhadap kegiatan pariwisata. Menurutnya, batu loncatan untuk memperluas pasar kuliner daerah adalah kemudahan izin peredaran kuliner dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sudradjat. Ia mengungkapkan, sektor kuliner memang memiliki peran yang tidak kecil dalam perekonomian. Sebab, pengembangan bisnis kuliner memiliki nilai tambah pembukaan lapangan pekerjaan. Apalagi, restoran kini sudah menjadi gaya hidup masyarakat, khususnya generasi muda.

(Baca: Program Serasi, Solusi Pangan )

Untuk itu, ia menekankan perlunya pelaku usaha menaruh perhatian lebih pada kualitas, seperti kebersihan dan kesehatan, ketersediaan air, serta peralatan dapur yang menggunakan baja tak berkarat. "Kami harap pengembangan produk lokal sangat baik sehingga budaya sejarah Indonesia terangkat," ujar Sudradjat.

Selain itu, promosi melalui media sosial juga menjadi salah satu kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan tepat oleh pelaku usaha kuliner. Dia menyebutkan, pesanan makanan restoran dan hotel lewat aplikasi digital bisa mencapai setengah dari keseluruhan.

Ia pun meminta pemerintah melakukan sosialisasi pembinaan kuliner lokal supaya semakin maju. Tujuannya, supaya produk dalam negeri bisa tahan dari invasi restoran dan hotel luar negeri yang masuk ke Indonesia.

Asisten Deputi Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Sensudi mengungkapkan kontribusi kuliner terhadap unit usaha ekonomi kreatif telah mencapai porsi 56%. Dia menyebutkan, sekitar 300 suku punya kuliner khas, tetapi potensi yang tergarap baru sekitar 10%.

(Baca: Jadi yang Terbesar di Asia Tenggara, Go-Food Siap Gelar Hari Kuliner)

Edi menjelaskan, pengembangan kuliner nusantara adalah bagian dari diversifikasi pangan di Indonesia. Sebab, dominasi beras dan gandum sudah hampir menghapuskan bahan baku pangan lokal seperti sagu, jagung, singkong, serta sorgum. "Diversifikasi ini tujuannya untuk mendukung ketahanan pangan nasional," kata Edi.

Ia menambahkan, regulasi yang mendukung pengembangan kuliner Indonesia masih belum jelas. Contohnya, kewajiban penggunaan makanan atau minuman asli nusantara untuk disajikan di area wisata, seperti hotel dan restoran.

Perlunya diversifikasi pangan ini juga diungkapkan oleh Dewan Pembina Perhimpunan Ekonomi Indonesia (Perhepi) Bayu Khrisnamurti. Ia menegaskan, bisnis kuliner tak hanya berbicara dari sisi pasokan, tetapi juga sisi konsumsi masyarakat. Sehingga, pengelolaan konsumsi sangat penting untuk terarah kepada diversifikasi.

(Baca: Ramadan-Lebaran, Pengusaha Makanan Minuman Bidik Pertumbuhan Omzet 30%)

Nantinya, perluasan tipe kuliner di Indonesia bakal membuat ketahanan pangan lebih baik. Sehingga, ketika ada kegagalan panen atau kekurangan bahan baku satu jenis makanan dan minuman, Indonesia punya banyak alternatif untuk jadi sumber konsumsi.

Bayu menjelaskan industri kuliner bisa menyelesaikan masalah karena punya dimensi sosial budaya dan ekologis. Namun, pemerintah harus membuat kebijakan yang memudahkan pelaku usaha untuk memulai bisnis kuliner. "Antisipasi ketersediaan variasi kuliner dan selera masyarakat menjadi kunci," ujarnya.

Reporter: Michael Reily