Ramadan-Lebaran, Pengusaha Makanan Minuman Bidik Pertumbuhan Omzet 30%
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyatakan omzet penjualan industri pada Ramadan dan Lebaran diprediksi tumbuh 30%. Hal tersebut antara lain dipicu seiring dengan meningkatnya konsumsi dan ekspansi produksi yang dilakukan pabrikan.
Ketua Gapmmi, Adhi S Lukman mengatakan permintan produk makanan minuman sudah mulai terlihat sejak bulan ini. Berdasarkan laporan anggota asosiasi, beberapa produsen bahkan diketahui telah menggenjot produksi dengan menambah shift.
"Untuk Maret-April-Mei penjualan saya prediksi naik 30% penjualan. Lebaran tahun ini permintaan lebih bagus dibanding tahun lalu," katanya.
(Baca: Kuartal I 2019, Ekspor Makanan Minuman Olahan Diramal Tembus Rp 28 T)
Industri makanan minuman memang menjadi salah satu sektor yang kerap mendapat berkah pada setiap bulan suci. Termasuk pada sektor hilirnya, yaitu peretail.
Pengusaha retail sudah mulai mempersiapkan stok barang menjelang bulan suci Ramadan yang jatuh awal Mei mendatang.
Corporate Affairs Director Alfamart Solihin mengatakan, saat Ramadan, penjualan Alfamart rata-rata tumbuh 15% atau naik dua kali lipat dibanding penjualan bulan biasa yang hanya sekitar 8,5%.
"Target pertumbuhan itu tak jauh berbeda yang kami alami saat Ramadan setiap tahunnya. Harapannya tahun ini tetap tumbuh doubel digit," Solihin kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.
(Baca: Alfamart Incar Pertumbuhan Penjualan 15% selama Ramadan dan Lebaran)
Adapun peningkatan penjualan produk makanan minuman biasanya melonjak signifikan dua pekan sebelum Lebaran. Karena itu, perusahaan sudah mulai menyiapkan stok barang dua pekan sebelum puasa.
Namun, penyediaan stok ini menurutnya situasional, tergantung pada besarnya permintaan. "Stok sudah mulai kami lakukan, tapi disesuaikan saja dengan kebutuhan sehingga tak berlebihan," katanya.