DPR Kembali Diisi Partai Lama, Kinerjanya Diprediksi Tak Akan Membaik

ANTARA FOTO/Reno Esnir
Sejumlah pengurus partai politik menghadiri pengundian nomor urut partai politik peserta pemilu 2019 di Gedung KPU, Jakarta, Minggu (18/2/2018). Partai yang lolos Pemilu 2019 merupakan partai lama.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
25/4/2019, 14.12 WIB

Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024 diperkirakan tak akan jauh berbeda dengan parlemen saat ini. Partai-partai politik yang lolos Pileg 2019 berdasarkan hasil hitung cepat hampir sama dengan yang ada sekarang.

Tercatat ada sembilan partai yang lolos Pileg 2019, yakni PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat, Nasdem, PKS, PAN, dan PPP. Satu partai yang sebelumnya berada di DPR, yakni Hanura tidak lolos berdasarkan hasil hitung cepat.

(Baca: Ketua DPR hingga Ganjar Sepakat untuk Merevisi Pemilu Serentak)

Partai-partai baru, seperti PSI, Perindo, Garuda, Berkarya juga tak lolos Pileg 2019. "Jika DPR hasil Pemilu 2019 akan diisi kembali oleh mayoritas anggota DPR hasil Pemilu 2014, maka patut diduga kinerjanya tidak akan mengalami perubahan yang signifikan," kata peneliti senior Formappi, Djadjijono di kantornya, Jakarta, Kamis (25/4).

Lebih lanjut, Djadjijono menilai anggota dewan petahana akan dengan mudah menjabat kembali pada periode 2019-2024. Sebab, banyak anggota dewan petahana yang kembali maju dalam pertarungan politik tahun ini.

(Baca: Partai yang Gagal dan Berhasil Rebut Jatah Kursi di Senayan)

Berdasarkan catatan Formappi, ada 94% anggota dewan periode 2014-2019 yang kembali mencalonkan diri pada Pileg 2019. "Apabila tidak ada tekad dan semangat baru dari mereka yang terpilih lagi, maka kinerja DPR hasil Pemilu 2019 tidak akan jauh berbeda dengan DPR hasil Pemilu 2014," kata Djadjijono.

Hal senada disampaikan Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi) Jerry Sumampouw. Menurutnya, kinerja DPR periode 2019-2024 agak sulit berubah karena partai-partai yang perolehan suaranya di atas ambang batas parlemen 4% merupakan petahana.

Jika ada calon anggota dewan baru dari partai-partai tersebut yang berhasil masuk parlemen, mereka akan sulit bertahan. Sebab, kultur partai masih sangat dominan dalam menggerakkan kerja-kerja mereka di DPR.

"Kalau orangnya hebat, tapi sendiri dia akan mental juga," kata Jerry.  (Baca: Jor-joran Beriklan di TV, Begini Perolehan Suara Parpol)

Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menilai lebih dominannya partai lama lolos ke parlemen imbas dari pelaksanaan Pileg bersamaan dengan Pilpres. Menurut Ray, masyarakat saat ini lebih memilih calon presiden dan calon wakil presiden ketimbang wakil mereka di parlemen.

Alhasil saat memilih caleg, masyarakat cenderung hanya mencoblos partai politiknya saja. Adapun, partai-partai lama dianggap lebih terkenal ketimbang partai baru.

Sehingga, peluang partai-partai lama untuk terpilih lebih besar ketimbang partai baru. "Kecenderungan yang dipilih bukan caleg, tapi partai politik," kata Ray.

Reporter: Dimas Jarot Bayu